Selasa, 16 April 2013

DUSTA SYIAH 2


Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram 1
Ust. FIRANDA ANDIRJA MA
MUQODDIMAH


Alhamdulilah, segala puji senantiasa kita panjatkan kepada bagi Allah yang senantiasa memberikan limpahan karuniaNya, semoga salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan keluarga beliau serta seluruh sahabat beliau.

Membela harkat dan martabat sesama muslim merupakan ibadah yang sangat mulia. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيْهِ رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Barang siapa yang membela kehormatan saudaranya maka Allah akan membela wajahnya dari api neraka pada hari kiamat" (HR At-Thirmidzi no 1931, dan dishasankan oleh At-Thirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Terlebih lagi jika yang dibela adalah harkat dan martabat ulama yang memiliki jasa yang besar bagi kaum muslimin sekelas Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah, seorang tokoh dan pejuang dakwah yang bermadzhab hanbali, yang dengan jasa beliau maka berdirilah kerajaan Arab Saudi yang aman dan tenang dan merupakan satu-satunya negara yang menerapkan hukum dan syari'at Islam.

Pembelaan terhadap beliau –rahimahullah- bukanlah berangkat dari meyakini akan kemaksuman beliau, karena merupakan aqidah yang sangat mendasar bagi setiap muslim bahwasanya tidak ada yang terjaga dari kesalahan kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. (Berbeda halnya dengan kaum syi'ah yang meyakini bahwa imam-imam mereka adalah maksum -sebagaimana akan datang penjelasannya-). Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata :

مَا مِنْ أَحَدٍ إِلاَّمَأْخُوْذٌ مِنْ قَوْلِهِ وَمَرْدُوْدٌ عَلَيْهِ إِلاَّ صَاحِبَ هَذَا الْقَبْرِ

"Tidak seorangpun kecuali perkataannya bisa diterima dan bisa ditolak, kecuali penghuni kuburan ini", Imam Malik mengisyaratkan kepada kuburan Nabi shallallahu 'alihi wa sallam.

Bahkan hal ini pulalah yang diserukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Beliau berkata, "Alhamdulillah aku tidaklah menyeru kepada madzhab seorang sufi atau seorang faqih, atau soerang ahli kalam/filsafat, atau madzhab seorang imam dari para imam yang aku agungkan seperti Ibnul Qoyyim, Adz-Dzhabi, Ibnu Katsir, dan selain mereka, akan tetapi aku menyeru kepada Allah semata, tidak ada syarikat bagiNya, dan aku menyeru kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah beliau wasiatkan kepada generasi awal umat beliau dan juga generasi akhir. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika telah datang kepadaku. Bahkan aku mempersaksikan Allah dan malaikat-malaikatNya serta seluruh makhluknya bahwa jika datang dari kalian sebuah kalimat kebenaran maka sungguh aku akan menerimanya dengan tunduk dan patuh, dan aku akan melemparkan seluruh perkataan para imamku yang menyelisihi kebenaran tersebut kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena sesungguhnya beliau tidaklah mengucapkan kecuali kebenaran" (Mu'allafaat As-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhaab, Al-Qism al-Khoomis (Ar-Rosaail As-Syakhsiyah) hal 252)

Demikian pula yang diyakini setiap salafy bahwasanya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab bukanlah seorang yang maksum.

Akan tetapi membela harkat dan martabat syaikh  Muhammad bin Abdil Wahhab dikarenakan jasa dan perjuangan beliau yang sangat besar dalam membela agama Islam. Seorang yang adil dalam memandang tentunya mengetahui bahwasanya syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah seorang ulama yang menjunjung tinggi tauhid dan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Jika dahulu organisasi Muhammadiah, Persis, dan Al-Irsyad dikenal dengan organisasi dakwah anti TBC (Takhayul, Bida'ah, dan Churofat) maka demikianlah sesungguhnya hakekat dakwah yang diserukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Tidak ada yang beliau serukan kepada masyarakat kecuali untuk meninggalkan takhayyul, bid'ah, dan khurofat. Beliau menyeru masyarakat untuk meninggalkan kesyirikan –dengan segala bentuknya- dan agar kembali kepada sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam peribadatan.

Tentunya kita sadar bahwasanya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum paham benar tentang kemurnian tauhid, karenanya masih banyak diantara mereka yang terjerumus dalam praktek-praktek kesyirikan, khurofat, dan takhayyul. Betapa banyak masyarakat Indonesia yang hobi dan "demen" pergi ke dukun, hobi menggunakan jimat-jimat, hobi memberi sesajen-sesajen…., masih percaya kepada ramalan-ramalan…masih hobi meminta kepada ruh-ruh mayat-mayat yang sudah dikuburkan…, yang ini semua adalah praktik-praktik yang sejak dulu diperangi oleh organiasai-organisasi wahabi seperti Muhammadiah, Al-Irsyad, dan Persis. Dan TBC itulah yang juga hingga saat ini diperangi oleh gerakan dakwah salafi. TBC itulah yang diperangi oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah dalam dakwah beliau.

Jika kita mempelajari sejarah dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, maka kita dapati ternyata tersebarnya TBC di negerinya –Najd- itulah yang membuat beliau berani "tampil beda" mengingatkan kaumnya untuk memurnikan tauhid dan menegakkan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kondisi Najd yang penuh TBC tersebut telah digambarkan oleh sejarawan Ibnu Bisyr dalam kitabnya 'Unwaan al-Majd fi Taariikh Najd", ia berkata :

"Kesyirikan tatkala itu tersebar di Najd dan selainnya. Banyak keyakinan-keyakinan terhadap pepohonan, batu-batu, kuburan-kuburan, serta pembangunan bangunan di atas kuburan-kuburan. Mencari barokah dari kuburan-kuburan tersebut dan juga bernadzar untuk kuburan-kuburan tersebut. Adanya isti'aadzah kepada para jin, dan bernadzar kepada mereka, meletakan makanan (sesajen) untuk para jin dan diletakan di pojok-pojok rumah untuk kesembuhan orang yang sakit di rumah dan memberi manfaat kepada mereka. Adanya perbuatan bersumpah kepada selain Allah, serta praktik-praktik kesyirikan lainnya baik syirik besar maupun syirik kecil.

Sebab yang menimbulkan itu semua di Najd –wallahu A'lam- adalah bahwasanya orang-orang badui jika mereka masuk ke negeri-negeri tatkala muslim panen maka bersama mereka beberapa lelaki dan para wanita tukang ngobat (*yaitu orang pintar/dukun). Maka jika salah seorang dari penduduk negeri ada yang sakit atau di sebagian tubuhnya maka keluarganya mendatangi sang wanita tukang ngobat yang datang dari kampung badui. Maka merekapun meminta agar menyembuhkan si sakit. Mereka bertanya kepada para dukun tersebut obat penyakit si sakit, maka para dukun berkata kepada mereka, "Sembelihlah ini dan itu di tempat ini dan itu, bisa jadi kambing yang berbulu sedikit atau domba hitam. Hal ini demi untuk  memantapkan keahlian mereka (*para dukun) di hadapan mereka yang bodoh tersebut. Kemudian para dukun berkata kepada mereka, "Janganlah kalian menyebut nama Allah tatkala menyembelih, dan berikanlah kepada si sakit dari sembelihan tersebut sekian, dan biarkan sekian-sekian dari sembelihan tersebut".

Dan bisa jadi Allah menyembuhkan si sakit sebagai fitnah/ujian dan istidroj. Dan bisa jadi proses tersebut menepati waktu kesembuhan, hingga akhirnya banyak orang yang melakukan hal ini (pergi ke para dukun tersebut), dan lama-kelamaan akhirnya mereka terjerumus pada perkara-perkara yang besar disebabkan oleh hal ini. Sementara tidak ada orang yang melarang mereka dari praktik-praktik tersebut. Maka Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab pun tegar menegakkan amar  ma'ruf nahi mungkar. Sementara para pemimpin daerah-daerah, serta para tukang zolim diantara mereka tidak mengenal kezoliman kecuali kepada rakyat mereka, serta peperangan diantara mereka" (Unwaan al-Majd fi Taariikh Najd 1/33-34)

Inilah sebab tegaknya dakwah syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab di negerinya.

Tentu saja dakwah yang seperti diserukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab akan mendapati tantangan permusuhan. Terutama dari orang-orang yang ibadahnya dibangun di atas TBC. Dalam hal ini khususnya kaum Syi'ah Rofidhoh dan kaum sufiah, yang diantara kedua kaum ini banyak memiliki persamaan dalam perkara TBC, sebagaimana para pembaca yang budiman akan mendapatinya dalam artikel ini. Terlebih lagi  permasalahan pengagungan kepada para wali penghuni kubur dan pemakmuran kuburan dengan peribadatan-peribadatan. Kaum Syi'ah dikenal dengan peribadatan kepada ahli kubur, yang ternyata hal ini diikuti pula oleh sebagian kaum sufi –baik mereka sadari atau tidak mereka sadari-.

Karenanya tidak didapati penentangan yang keras terhadap dakwah salafy wahabi kecuali dari dua kelompok ini syi'ah dan sufiah.

Padahal apa yang diserukan oleh kaum salafy wahabi itulah ajaran Rasulullah. Kaum salafy wahabi hanyalah menyalurkan apa yang diserukan oleh Nabi mereka Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Sesungguhnya kondisi kaum syi'ah Rofidoh dan sebagian kaum sufi terhadap ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana yang digambarkan oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam perkataannya :

"Barang siapa yang membandingkan antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kuburan, apa yang diperintahkan oleh beliau, apa yang dilarang oleh beliau, serta praktik para sahabatnya, dengan kondisi kebanyakan manusia sekarang maka dia akan mendapati bahwa keduanya saling bertentangan dimana tidak akan mungkin bersatu/selaras selama-lamanya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang sholat ke kuburan (HR Muslim no 972), sementara mereka sholat di kuburan.

Rasulullah melarang menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid (*HR al-Bukhari no 436 dan Muslim no 532), sementara mereka membangun di atas kuburan masjid-masjid yang mereka namakan dengan masyaahid, yang menyaingi rumah-rumah Allah ta'aala.

Rasulullah melarang menyalakan lampu di atas kuburan (*HR Ahmad no 2030, Abu Dawud no 2336 dan At-Thirmidzi no 320), sementara mereka justru mewakafkan harta mereka untuk penyalaan lentera-lentera di atas kuburan.

Rasulullah melarang kuburan dijadikan 'ied (*HR Abu Dawud no. 2044),  sementara mereka menjadikan kuburan-kuburan tempat perayaan dan tempat-tempat ibadah, mereka berkumpul di kuburan sebagaimana mereka berkumpul tatkala 'ied, atau bahkan lebih banyak.

Rasulullah memerintahkan untuk meratakan kuburan-kuburan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya

عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ، قَالَ: قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ «أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ»

Dari Abul Hayyaaj al-Asady rahimahullah berkata, "Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata kepadaku, "Tidakkah aku mengutusmu (menugaskanmu) atas apa yang Rasulullah –shallallahu 'alaihi wa sallam- menugaskanku?, Tidaklah engkau membiarkan patung kecuali engkau hancurkan, dan tidak pula kuburan yang tinggi kecuali engkau ratakan" (HR Muslim no 969)

Imam Muslim juga meriwayatkan dalam shahihnya dari Tsumaamah bin Syufay berkata:

كُنَّا مَعَ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ بِأَرْضِ الرُّومِ بِرُودِسَ، فَتُوُفِّيَ صَاحِبٌ لَنَا، فَأَمَرَ فَضَالَةُ بْنُ عُبَيْدٍ بِقَبْرِهِ فَسُوِّيَ، ثُمَّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَأْمُرُ بِتَسْوِيَتِهَا

Kami bersama Fadholah bin 'Ubaid radhiallahu 'anhu di negeri Romawi, yaitu di Rudis, maka salah seorang sahabat kami meninggal. Fadholah bin 'Ubaid pun memerintahkan agar kuburannya diratakan, kemudian ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk meratakan kuburan" (HR Muslim no 968)

Sementara mereka berlebih-lebihan dalam menyelisihi dua hadits ini, mereka meninggikan kuburan di atas tanah hingga seperti rumah, bahkan mereka membangun di atasnya kubah-kubah.

Rasulullah juga melarang untuk menyemeni/mengapuri kuburan dan membangun bangunan di atasnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari Jabir, ia berkata :

نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ، وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ، وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk menyemen kuburan, duduk diatasnya, dan membangun di atasnya" (HR Muslim no 970)

Rasulullah juga melarang untuk menulis di atas kuburan sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Thirmidzi dalam sunan mereka dari Jabir radhiallahu 'anhu

نهَىَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ تُجَصَّصَ الْقُبُوْرُ وَأَنْ يُكْتَبَ عَلَيْهَا وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهَا

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang kuburan disemeni, dan ditulis di atasnya, dan melarang dibangun di atasnya" (HR Abu Dawud no 3227 dan At-Tirmidzi no 1052), dan At-Thirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih"

Sementara mereka meletakan di atas kuburan-kuburan lempengan-lempengan kayu atau batu, untuk mereka tulisi al-Quran atau yang lainnya.

Rasulullah melarang untuk ditambah di atas kuburan pasir yang selain dari kuburan tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Jabir juga :

نَهَى أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ أَوْ يُكْتَبَ عَلَيْهِ أَوْ يَزَادَ عَلَيْهِ

"Rasulullah melarang kuburan disemen, atau ditulis padanya, atau ditambah padanya" (HR Abu Dawud no 3228).

Sementara mereka –selain pasir- mereka juga menambahkan batu bata, batu-batu, dan semen/kapur kepada kuburan…

Maksudnya intinya adalah mereka para pengagung kuburan yang telah menjadikannya sebagai perayaan, menyalakan lampu-lampu dan lentera-lentera di atasnya, membangun di atasnya masjid dan kubah-kubah telah menentang perkara-perkara yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam" (Ighoostah al-Lahfaan 1/197)

Lantas apakah salah jika ada wahabi menyeru kepada sunnah Nabi shallalhu 'alaihi wa sallam?? Lantas apakah jika ada seseorang yang menegakkan sunnah Nabinya lantas dicap sebagai wahabi khawarij??.

Karenanya sungguh indah syair berikut ini :

Ketika aku putuskan untuk beramal sesuai Al-Quran & Sunnah dengan faham As Salafush Shaleh, Akupun dipanggil Wahabi…

Ketika aku minta segala hajatku hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’ala tidak kepada Nabi & Wali .… Akupun dituduh Wahabi

Ketika aku takut mengkafirkan dan memberontak penguasa yang dzalim, Akupun dipasangi platform Wahabi

Ketika aku tidak lagi shalat, ngaji serta ngais berkah di makam-makam keramat… Akupun dijuluki Wahabi

Ketika aku putuskan keluar dari tarekat sekte sufi yang berani menjaminku masuk surga… Akupun diembel-embeli Wahabi

Ketika aku mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan jenggot, memotong celana diatas dua mata kaki, …,…., Akupun dilontari kecaman Wahabi

Tapi…!

Apabila Wahabi mengajakku beribadah sesuai dengan AlQuran dan Sunnah…Maka aku rela mendapat gelar  Wahabi !

Apabila Wahabi mengajakku hanya menyembah dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’ala … Maka aku Pe–De memakai mahkota Wahabi !

Apabila Wahabi menuntunku menjauhi syirik, khurafat dan bid’ah… Maka aku bangga menyandang baju kebesaran Wahabi !

Apabila Wahabi mengajakku taat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam … Maka akulah pahlawan Wahabi !

Ada yang bilang.…. Kalau pengikut setia Ahmad shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari Wahabi, maka aku mengaku sebagai Wahabi.

Ada yang bilang….. Jangan sedih wahai “Pejuang Tauhid”, sebenarnya musuhmu sedang memujimu, Pujian dalam hujatan….!

Sungguh terlalu banyak fitnah dan tuduhan dusta yang telah dilontarkan kepada beliau. Diantara tuduhan yang santer ditempelkan kepada beliau adalah

Pertama : Tuduhan bahwasanya beliau telah mengkafirkan seluruh umat Islam yang tidak sepaham dengan beliau.

Kedua : Tuduhan bahwasanya beliau adalah satu sekte yang bengis yaitu sekte khawarij yang telah dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam banyak hadits-haditsnya.

Dua tuduhan inilah yang digembar-gemborkan oleh seorang pendongeng yang menamakan dirinya Syaikh Idahram, dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, mereka membunuh semuanya termasuk para ulama!!!". Sungguh sebuah judul yang sangat provokatif yang menggambarkan bahwa seorang sosok salafy wahabi adalah sosok yang haus darah kaum muslimin, yang hobi membunuh kaum muslimin bahkan para ulama.

Penulis buku ini menamakan dirinya seorang syaikh…, akan tetapi setelah saya meneliti isi bukunya ternyata dia hanyalah seorang Syaikh pendongeng !!. Para pembaca akan mendapati koleksi kedustaan dongeng dari si idahram ini yang telah saya kumpulkan.

Orang yang mau sedikit berfikir saja sambil melihat kenyataan yang ada maka akan paham bahwasanya idahram ini hanyalah sedang berdongeng. Masyarakat Indoensia telah lama mengenal beberapa organisasi dakwah di tanah air yang berpemahaman wahabi, seperti Muhammadiah, Persis, dan Al-Irsyad. Ketiga organisasi ini telah eksis di Indonesia sejak puluhan tahun lalu hingga sekarang, akan tetapi tidak pernah kita dapati salah seorangpun dari mereka yang haus darah sebagaimana yang digambarkan oleh idahram !!

Demikian juga perjuangan Tuanku Imam Bonjol yang berpemahaman wahabi –dalam perang padri- merupakan kisah sejarah yang telah tercatat dengan tinta emas. Tidak ada satu sejarawan pun yang menggambarkan bahwa Tuanku Imam Bonjol atau salah satu dari pengikutnya "Haus Darah kaum msulimin" sebagaimana yang didongengkan oleh idahram.

Demikian juga dakwah sunnah –yang dikenal dengan dakwah salafy- yang akhir-akhir ini mulai berkembang di tanah air, maka tidak seorangpun dari mereka yang kita dapati haus darah, suka mengkafirkan kaum muslimin, apalagi hobi membunuh kaum muslimin !!!. Lantas dari manakah idahram terispirasi untuk memunculkan kreasi dongengannya??
Aroma Syi'ah Tercium Dari Idahram

Aroma syi'ah sangat mencolok dalam buku idahram "Sejarah Berdarah….". Diantara yang menunjukan akan hal ini :

Pertama : Dalam bukunya (hal 203) idahram menyebutkan bahwa setidaknya dalam dunia Islam ada tujuh madzhab yang dikenal, yaitu Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab as-Syafii, Madzhab Hanbali, Madzhab Dzohiri, Madzhab Ja'fari, dan Madzhab Imamiyah. Tentunya hal ini sangat jelas menunjukkan pembelaan idahram terhadap dua madzhab syi'ah (Ja'fari dan Imamiyah), dimana idahram mensejajarkan dua madzhab ini dengan madzhab-madzhab Ahlus Sunnah (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali, dan Dzohiri). Dalam buku-buku Ahlus sunnah wal jama'ah yang membicarakan tentang firqoh-firqoh sesat maka sekte syi'ah dimasukkan dalam firqoh-firqoh sesat dan menyesatkan. Karena hal ini merupakan kesepakatan ahlus sunnah wal jama'ah. Meskipun akhir-akhir ini ada segelintir ahlus sunnah yang terpedaya oleh kaum syi'ah yang mencoba menjadikan madzhab syi'ah sebagai madzhab yang ke 5 dalam dunia Islam.

Kedua : idahram sangat banyak menukil dari buku-buku sejarawan syi'ah dalam rangka mencerca kaum salafy wahabi demikian juga idahram banyak mengambil informasi dari situs-situs sekte syi'ah.

Ketiga : kedustaan yang banyak dilakukan ole idahram, hal ini merupakan kebiasaan kaum syi'ah yang gemar berdusta, bahkan menjadikan dusta (taqiyyah) sebagai ibadah yang sangat mulia.

Meskipun tidak bisa dipastikan apakah idahram seorang syi'ah tulen yang sedang menyamar dan mengesankan dirinya sebagai seorang penulis ahlus sunnah?, akan tetapi yang jelas idahram sedang mempromosikan madzhab syi'ah dalam bukunya tersebut.

Judul buku idahram "Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, mereka membunuh semuanya termasuk para ulama!!, yang sangat provokatif ini ternyata setelah diamati justru sangat cocok dengan kaum syi'ah. Pembantaian ahlus sunnah di Syiria masih terus berlanjut hingga detik penulisan buku ini…

Masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum paham tentang aqidah dan bahayanya sekte syi'ah. Terlebih-lebih lagi –semakin menjadikan samarnya kesesatan syi'ah- ternyata sebagian pemuka agama di tanah air ikut-ikutan membela sekte syi'ah !!!.

Sungguh sangat menyedihkan tatkala nampak sebagian sufi yang ikut-ikut melariskan kedustaan yang dihembuskan oleh kaum syi'ah tentang gerakan dakwah Wahabi, lantas nampaklah kecondongan sebagian kaum sufi tersebut kepada syi'ah, seakan-akan mereka melupakan bahwa kaum syi'ah inilah yang telah mengkafirkan para sahabat, bahkan para ahlus sunnah, bahkan membunuh dan membantai para ahlus sunnah !!!. Maka apakah karena kesamaan yang terdapat pada sebagian sufi dengan syi'ah (sama-sama hobi beribadah di kuburan) menjadikan sebagian kaum sufi ikut menyerang dakwah Wahabi dan tidak membantah syi'ah bahkan malah menjadi "teman sejoli'??!!!

Karenanya dalam artikel ini akan dipaparkan secara singkat tentang sejarah berdarah sekte syi'ah dan juga akan dikupas tentang dasar-dasar aqidah kaum syi'ah agar jangan sampai masyarakat Indonesia tertipu oleh mereka.

BAB PERTAMA

SEJARAH BERDARAH HITAM SEKTE SYI'AH
Mereka membunuh semuanya, para ulama, kaum usia lanjut, para wanita, bahkan balita…!!!!

Kalau membicarakan tentang kejahatan kaum syi'ah maka sangatlah banyak…dari zaman dahulu hingga masa kita sekarang. Terlalu sering kita mendengar berita tentang pembantaian ahlus sunnah bahkan para ulama ahlus sunnah di Iran dan Iraq…

Semua itu merupakan hal yang lumrah di mata syi'ah.

Jika kita menyaksikan pembantaian anak-anak, para wanita, orang-orang tua, penyiksaan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh kaum syi'ah di Suria… maka tidak perlu heran…pembantaian ahlus sunnah merupakan ibadah di mata syi'ah. Mereka telah mewarisi adat kebiasaan mereka ini dari nenek moyang mereka. Terlalu banyak potongan clip-clip video tentang pembantaian ahlus sunnah di Suria yang dilakukan oleh Syi'ah An-Nushoiriyah dengan cara yang sangat biadab, sebagiannya bisa dilihat di (http://videosyiah.com/?dir=Membunuh%20Ummat%20Islam)

Sementara kenyataan yang ada tatkala Syi'ah hidup di negeri ahlus sunnah maka mereka sama sekali hidup dengan tenang, dan bisa menjalankan ibadah mereka dengan tenang tanpa ada gangguan dari ahlus sunnah. Lihatlah bagaimana syi'ah bisa bebas bermondar-mandir di negara Arab Saudi yang merupakan basisnya ahlus sunnah. Demikian pula keberadaan syi'ah di negeri yaman, mereka bisa hidup dengan tenang, hanya saja akhir-akhir ini terjadi peperangan sunnah versus syi'ah diakibatkan syi'ah yang memulai terlebih dahulu menyerang sunnah.


Ahlus Sunnah Najis dan Halal Dibunuh Menurut Kaum Syi'ah

Bagi siapa saja yang menelaah tentang aqidah syi'ah terhadap ahlus sunnah maka ia tidak akan heran dengan pembantaian-pembantaian yang dilakukan syi'ah terhadap Ahlus Sunnah. Syi'ah memandang kafirnya ahlus sunnah, bahkan najis.

As-Sayyid Nimatullahi al-Jazaairi (wafat 1112 H), seorang ulama terkemuka syi'ah dalam kitabnya yang sangat masyhur dan dijadikan rujukan oleh kaum syi'ah (yaitu kitab al-Anwaar an-Nu'maaniyah, terbitan Daar al-Kuufah, cetakan pertama tahun 1429 H/1998 M).

Ia berkata:

"Adapun Nashibi (*ahlus sunnah)…., makna nashibi yang datang dalam riwayat-riwayat bahwasanya ia adalah najis, dan lebih buruk daripada seorang yahudi, nasharani, dan majusi, dan ia adalah kafir najis berdasarkan ijmak ulama imamiyah (syi'ah/rofidhoh)…, dan pendapat yang dipilih oleh mayoritas Ashaab (ulama syi'ah) bahwasanya yang dimaksud dengan nashibi adalah orang yang menegakan permusuhan kepada ahlu bait Muhammad dan nampak kebencian mereka sebagaimana yang ada pada khawarij…." (Al-Anwaar An-Nu'maaniyah 2/210)

Guru kami As-Syahiid Ats-Tsani…berpendapat bahwa Nashibi adalah orang yang menegakan permusuhan kepada syi'ah ahlul baik, dan nampak menjelek-jelakan mereka, sebagaimana ini adalah kondisi mayoritas al-mukholifin/para penyelisihi (*yaitu ahlus sunnah) di zaman ini di setiap kota. Dengan demikian maka tidak keluar dari definisi nasibi keculai orang-orang yang lemah dari mereka, orang-orang yang taklid buta, orang-orang pandir, para wanita dan yang semisalnya . Definisi nasibi ini lebih utama. Dan ditunjukkan oleh sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh As-Shoduuq… ia berkata : "Bukanlah nashibi orang yang menegakkan permusuhan kepada kita ahlul bait, karena engkau tidak akan mendapati seroangpun yang berkata "Aku membenci Muhammad dan keluarga Muhammad", akan tetapi nashibi adalah orang yang menegakkan permusuhan kepada kalian, padahal dia tahu bahwasanya kalian berwalaa kepada kami, dan kalian adalah syi'ah kami"
Dan banyak riwayat yang semakna dengan ini.

Dan telah diriwatahkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya tanda orang-orang nashibi adalah mendahulukan selain Ali atas Ali…maksudnya yaitu mendahukulan selain Ali di atas Ali yaitu dengan cara meyakini hal tersebut dan memastikan….

Definisi ini didukung dengan bahwasanya para imam dan pemuka-pemuka syi'ah telah memberikan lafal Nashibi kepada Abu Hanifah dan yang semisalnya, padahal Abu Hanifah tidaklah menegakan permusuhan kepada ahlul bait, bahkan ia mengkhususkan waktu untuk ke ahlul bait, ia menampakan kecintaan kepada ahlul baik. Memang benar, ia menyelisihi pendapat ahlul bait, ia berkata, "Ali berpendapat demikian, dan aku berpendapat demikian"

Dari sini memperkuat pendapat As-Sayyid Al-Murtdho dan Ibnu Idriis, serta sebagian guru-guru kami di zaman ini akan najisnya seluruh para penyelishi (ahlus sunnah), memandang adanya penggunaan kalimat kufur dan syirik kepada mereka dalam al-kitab dan as-sunnah, dan lafal ini mencakup mereka tatkala diitlakan. Dan karena sesungguhnya telah jelas bagi engkau bahwasanya mayoritas mereka adalah nashibi dalam definisi ini (*memusuhi syi'ah ahlul bait)

"Perkara yang kedua : yaitu tentang bolehnya membunuh mereka (ahlus sunnah) dan halalnya harta mereka. Dan engkau telah mengetahui bahwasanya mayoritas ashab (para ulama syi'ah) telah menyebutkan pengertian nashibi dengan definisi khusus ini dalam bab thoharoh dan najis. Dan hukum nashibi di sisi mereka (para ulama syi'ah) adalah seperti seorang kafir harbi dalam mayoritas hukum-hukum fikih. Adapun berdasarkan definisi yang telah kita sebutkan maka hukumnya mencakup (umum) sebagaimana engkau tahu, As-Shoduuq meriwayatkan kepada Dawud bin Farqod, ia berkata, "Aku berkata kepada abu Abdillah 'alaihis salaam, apa pendapatmu tentang membunuh nashibi?". Ia berkata, "Nashibi darahnya halal, akan tetapi lindungilah dirimu, jika kau mampu untuk menindihkan dinding kepadanya, atau menenggelamkannya di air agar tidak ada yang menjadi saksi atas perbuatannya, maka lakukanlah !!". Aku berkata, "Bagaimana pendapatmu tentang hartanya?", ia berkata, "Ambilah semampumu !"

"Dalam riwayat-riwayat bahwasanya Ali bin Yaqthin –ia adalah perdana mentri Harun Ar-Rosyiid- telah terkumpul dipenjaranya sekelompok mukholifin/penyelisih (*ahlus sunnah), dan Ali bin Yaqthiin adalah termasuk tokoh syi'ah. Maka iapun memerintahkan anak buahnya, maka merekapun merobohkan atap penjara agar menimpa orang-orang yang dipenjara tersebut (*yaitu ahlus sunnah) maka merekapun seluruhnya mati. Jumlah mereka sekitar 500 orang. Maka Ali bin Yaqthin ingin terbebaskan dari akibat urusan darah mereka, lalu iapun mengirim surat kepada al-Imam al-Kazhim 'alaihis salaam (*untuk bertanya kepadanya), maka Al-Kazhim menulis kepadanya jawaban suratnya : "Bahwasanya jika engkau mengirim surat kepadaku sebelum engkau membunuh mereka maka engkau tidak akan membayar apapun karena membunuh mereka, akan tetapi karena engkau tidak bertanya kepadaku maka hendaknya engkau membayar kaffaroh/denda, atas setiap lelaki yang engkau bunuh diantara mereka dengan seekor kambing, dan kambing lebih baik darinya". Lihatlah diyat/denda yang sangat rendahan ini, tidak sebanding dengan denda saudara bungsu mereka yaitu anjing pemburu, karena diyat/denda membunuh anjing pemburu adalah 20 dirham. Dan tidak pula sebanding dengan diyat/denda membunuh saudara sulung mereka yahudi atau majusi yaitu 800 dirham. Dan kondisi mereka (ahlus sunnah) di akhirat lebih rendah dan lebih najis"  (Demikian perkataan Ni'matullah al-Jazaarir dalam kitabnya Al-Anwaar An-Nu'maaniyah 2/212)

Kesimpulan dari penjelasan Ni'matullah Al-Jazaairi di atas adalah sebagai berikut :

Pertama : Definisi nashibi yang lebih benar adalah orang yang menegakan permusuhan kepada syi'ah para pembela ahlul bait.
Kedua : Dari definisi ini menurut pernyataan para ulama syi'ah, Imam Abu Hanifah rahimahullah termasuk nashibi, meskipun ia menampakan cintanya kepada ahlul bait, akan tetapi ia menyelisihi perkataan Ali bin Abi Tholib.
Ketiga : Nashibi (ahlus sunnah) hukumnya seluruhnya kafir dan najis. Hanya saja dikecualikan dari mereka para wanita, para orang pandir, para orang lemah, orang-orang yang taqlid buta.
Keempat : Karena nashibi (ahlus sunnah) kafir dan najis, maka boleh membunuh mereka dan merampas harta mereka.
Kelima : Kalau bisa membunuh ahlus sunnah dengan cara diam-diam sehingga tidak ketahuan dan terselamatkan dari persaksian orang lain.
Keenam : Kalaupun harus membayar diyat (denda) membunuh ahlus sunnah maka cukup dibayar dengan seekor kambing, yang denda ini lebih rendah dari pada denda membunuh seorang yahudi dan majusi, bahkan lebih rendah dari denda membunuh seekor anjing. Dan ahlus sunnah di akhirat kelak lebih najis dan lebih hina lagi.

Oleh karenanya sebagian syi'ah zaman sekarang berani terang-terangan menyatakan wajibnya membunuh Ahlus Sunnah.
Berkata Hazim al-A'roji -salah seorang pemimpin pasukan syi'ah-, "Fatwa sudah ada…fatwa sudah ada…. bahwasanya wahabi najis, bahkan lebih najis dari pada anjing…. perangilah seluruh wahabi najis"

As-Syirozi –salah seorang ulama besar syi'ah abad ini- berkata,
فالوهابي الإرهابي الكافر الناصبي الوحشي يجب قتله وكل من يؤيده...من رجل الدين أو غير رجل الدين يجب قتله. ومن لا يقول بوجوب قتل هؤلاء وبوجوب قتل مؤيدهم فهو علانيةً يكفر بالقرآن
"Wahabi yang teroris, kafir, nashibi, bengis wajib untuk dibunuh, dan juga semua orang yang mendukungnya… baik dari kalangan agamis maupun bukan, wajib untuk dibunuh. Dan barang siapa yang tidak menyatakan wajib membunuh mereka atau wajib membunuh pendukung mereka maka ia telah kafir kepada Al-Qur'an secara terang-terangan"  silahkan lihat pernyataan kedua orang ini di (http://www.youtube.com/watch?v=2ZTwRWyX3E4)
SEJARAH BERDARAH SYIAH
Berikut ini saya berusaha menyajikan beberapa peristiwa sejarah berdarah yang berkaitan dengan sejarah kaum syi'ah. Dan yang menjadi patokan dalam sejarah berdarah ini hingga abad ke 8 adalah kitab al-Bidaayah wa an-Nihaayah (tahqiq: Doktor Abdullah bin Abdil Muhsin At-Turki, cetakan Daar Hajar, cetakan pertama, tahun 1419 H-1998 M) karya al-Imam Al-Haafiz Ibnu Katsiir As-Syafii rahimahullah (wafat tahun 774 H). Ibnu Katsir adalah salah seorang ulama besar dari Madzhab Syafii, penulis kitab terkenal Tafsiir ibnu Katsiir

Adapun sejarah setelah abad ke 8 maka saya merujuk kepada kitab-kitab yang lain. Berikut ini rangkaian sejarah berdarah kaum syi'ah :


PERTAMA : Terbunuhnya Umar bin al-Khotthob al-Faaruuq oleh Abu Lu'lu' al-Majuusi sang pahlawan pemberani di mata kaum syi'ah
Pada tahun 16 Hijriyah, kaum muslimin berhasil menaklukkan 3 kota besar kerjaan Persia (Bahurosir, Madain, dan Jaluulaa) dibawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waaqoosh radhiallahu 'anhu pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khotthoob al-Faruq. Pada bulan safar kaum setelah penyerangan besar akhirnya kaum muslimin berhasil menguasai kota Bahurosir, ibu kota kekaisaran Persia. Padahal sebelumnya Sa'ad bin Abi Waqqos telah mengirim Salman Al-Farisi kepada para pemimpin Bahurosir untuk mengajak mereka masuk Islam, akan tetapi mereka enggan, bahkan mereka enggan untuk membayar jizyah, mereka memilih untuk berperang.

Setelah pengepungan kaum muslimin dan peperangan yang sengit akhirnya kaum muslimin berhasil menembus pagar benteng dan istana Bahurosir lalu masuk ke dalamnya, akan tetapi ternyata Kisra Yazdajir telah kabur dengan mengendarai kapal ke kota Madain.

Setelah Sa'ad bin Abi Waqqos menyerang kota Madain, dan pada peperangan tersebut nampaklah mukjizat, dimana pasukan berkuda kaum muslimin yang dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqos dan ditemani oleh Salman Al-Farisi menyebarangi lautan seakan-akan mereka menyebarangi daratan, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil menyebrangi lautan dan menguasai kota Madain.

Sekitar Sembilan bulan kemudian kaum muslimin menyerang kota Jalullaa dan berhasil membunuh sekitar 100 ribu tentara persia. (Lihat al-Bidaayah wa an-Nihaayah 10/5-22)

Hal ini menjadikan tumbangnya kerajaan Persia dan menjadikan sedihnya kaum majusi sehingga mereka menyimpan dendam yang pedih kepada Umar.

          Pada tahun 23 Hijriyah Umar bin Al-Khotthoob dibunuh Abu Lu'lu'ah Fairuuz Al-Majuusi dengan cara pengecut. Ia membunuh Umar tatkala Umar memimpin sholat subuh, tiba-tiba iapun menikam Umar dengan sebuah pisau bermata dua, dengan tiga tikaman atau enam tikaman, salah satu tikaman mengenai bawah pusar Umar, yang membuat setiap makanan yang ditelan Umar maka keluar dari bawah pusar tersebut. Umar telah berdoa kepada Allah meminta agar mati syahid dan meninggal di kota Rasulullah. Tentunya hal ini merupakan perkara yang sulit dibayangkan, karena di zaman keemasan Umar, jihad dilakukan menyerang daerah kekuasaan Islam. Akan tetapi Allah mengabulkan doa Umar dan akhirnya Umar mati syahid dibunuh oleh seorang majusi. Umar berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang yang mengaku beriman, akan tetapi di tangan seorang yang tidak pernah sujud sekalipun kepada Allah" (Lihat al-Bidaayah wa an-Nihaayah 10/189-190)

Abu Lu'lu'ah inilah yang dijuluki sebagai pemberani oleh kaum syi'ah, dan kuburannya sangat diagung-agungkan karena berahasil membunuh Umar !!!. Tentunya ini merupakan pembalikan fakta, karena Abu Lu'lu'ah adalah seorang yang pengecut yang hanya berani menusuk Umar dari belakang tatkala ia sedang sholat. Lalu Abu Lu'luah inilah yang mati dengan membunuh dirinya sendiri !!!

Syi'ah berkata : "Abu Lu'lu'ah adalah seorang yang termuliakan dengan membunuh orang terburuk dari yang terduhulu maupun yang akan datang di atas muka bumi, orang yang paling zhalim terhdap Muhammad dan keluarganya yang suci. Allah telah memberi kelapangan bagi keluarga Muhammad melalui kedua tangan Abu Lu'lu'ah yang telah berhasil membunuh Umar sang terlaknat. Sebagian orang menyatakan bahwa Abu Lu'lu'ah meninggal dalam keadaan beragama nasrani, dan yang lainnya menyatakan beragama majusi, yang ketiga menyatakan beragama yahudi, semuanya telah keliru, karena Abu Lu'lu'ah adalah termasuk pembesar para mujahidin, bahkan termasuk pengikut setia Amirul Mukminin Ali bin Abi thalib. Dan Ali bin Abi Tholib telah mengabarkan bawha Abu Lu'lu'ah di surga" (silahkan lihat website kaum syi'ah di http://www.shiachat.com/forum/index.php?/topic/59091-).

Pengagungan kaum syi'ah terhadap Abu Lu'luah yang berhasil membunuh bukanlah suatu perkara yang aneh, karena di mata Syi'ah Umar bin Al-Khottob adalah syaitan.

Al-Majlisi –salah seorang ulama besar syi'ah- dalam kitabnya Bihaarul Anwaar berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/01.jpg
"Dari Abu Abdillah 'alaihis salaam berkata tentang firman Allah :

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلانَا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ الأسْفَلِينَ (٢٩)

"Dan orang-orang kafir berkata: "Ya Rabb Kami perlihatkanlah kepada Kami dua jenis orang yang telah menyesatkan Kami (yaitu) sebagian dari jinn dan manusia agar Kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki Kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina". (QS Fushhilat : 29)

Ia berkata, "Yaitu mereka berdua", kemudian ia berkata, "Si fulan adalah syaitan"

Penjelasan : Yang dimaksud dengan si fulan adalah Umar. Maksudnya jin yang disebutkan dalam ayat ini adalah Umar. Hanya saja Umar disebut dengan jin karena ia adalah syaitan. Hal ini karena ia seperti syaitan, sebab ia adalah anak zina, atau karena ia adalah seperti syaitan dalam hal makar dan tipu daya. Dan berdasarkan yang terakhir ini maka memungkinkan sebaliknya bahwa yang dimaksud dengan si fulan adalah Abu Bakr" (Bihaarul Anwaar 30/270)
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/02.jpg

Adapun kuburan Abu Lu'lu'ah di kota Kasyaan silahkan lihat di (http://www.saowt.com/forum/showthread.php?t=34176)

Akan tetapi keberadaan kuburan Abu Lu'lu'ah di kota Kasyaan merupakan hal yang aneh, karena sebagaimana disebutkan dalam sejarah bahwasanya Abu Lu'lu'ah membunuh dirinya di kota Madinah di dalam masjid Nabawi, tentunya janazahnya dikuburkan di kota Madinah !!



KEDUA : Syi'ah Qoromithoh membantai jama'ah haji dan mencuri Hajar Aswad



Pada tahun 317 Hijriyah, pada hari tarwiyah (8 Dzul Hijjah) Syi'ah Qoromithoh –yang dipimpin seorang rofidhi yang bernama Abu Thohir Sulaiman bi Abi Sa'id Al-Jannaabiy- memasuki kota Mekah dan membunuh para jama'ah haji di lorong-lorong kota Mekah, bahkan membunuhi jama'ah haji di masjidil haram, bahkan di dalam ka'bah.

Pimpinan mereka memerintahkan agar mayat-mayat dilemparkan di sumur zam-zam. Mereka juga mencungkil hajar aswad dan membawa lari hajar aswad bersama mereka hingga 22 tahun lamanya. (Lihat al-Bidaayah wa an-Nihaayah 15/37-39)



KETIGA : Pengkhianatan Ibnu al-'Alqomiy ar-Rofidli dan Nashiiruddin At-Thuushi ar-Rofidhi yang menyebabkan terbunuhnya sejuta kaum muslimin di Baghdad

A.   Ibnu al-'Alqomi

Pada tahun 656 Hijriyah, Tatar berhasil merebut kota Baghdad dan membunuh mayoritas penduduk Baghdad, termasuk sang Khalifah al-Mu'tashim. Maka jatuhlah Dinasti Abbasiyah. (lihat al-Bidaayah wa an-Nihaayah 17/356-

Ibnu al-"alqomi adalah seorang perdana mentri Khalifah Abbasiyah Al-Mu'tashim, dan Al-Mu'tashim berada di atas madzhab Ahlus Sunnah sebagaimana dahulu ayah dan kakeknya juga berada di atas madzhab Ahlus Sunnah. Hanya saja al-Mu'tashim adalah seorang yang lembut dan kurang wasapada. Sang mentri (ibnu al-'Alqomi) ar-Rofidi telah merencanakan tahapan-tahapan untuk meruntuhkan kerajaan, membasmi Ahlus Sunnah dan mendirikan negara di atas madzhab Rofidhoh. Iapun memanfaatkan kedudukannya sebagai perdana  menteri kerajaan, sementara sang khalifah tidak sadar sehingga menjalankan arahan-arahan ibnu al-'Alqomiy untuk meruntuhkan kerajaannya.

Program peruntuhan kerajaan yang dilancarkan oleh ibnu al-'Alqomiy melalui tiga tahapan ;

Tahapan pertama : Mengurangi jumlah pasukan perang dengan memotong pemasukan para pasukan kaum muslimin. Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/03.jpg
"Dan sang perdana mentri ibnu al-'Alqomiy berusaha untuk memalingkan pasukan dan menjatuhkan jatah mereka dari diwan (*semacam catatan untuk pemberian gaji pegawai negeri, yang hal ini menjadikan para pasukan berhenti dari ketentaraan karena tidak mendapatkan gaji-pen). Pasukan perang kaum muslimin di akhir zaman khalifah al-Muntashir sekitar 100 ribu pasukan…, maka ibnu al-'Alqomi senantiasa berusaha untuk memperkecil jumlah pasukan perang hingga akhirnya hanya tinggal 10 ribu pasukan" (Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 17/360)

Tahapan Kedua : Memberi kabar kepada Tatar tentang lemahnya kondisi pasukan kaum muslimin. Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/04.jpg
"Setelah itu Ibnu al-'Alqomi mengirim kabar kepada Tatar dan memprovokasi mereka untuk merebut kota Baghdad, dan ia telah memudahkan mereka untuk hal itu dan ia menjelaskan kepada Tatar kondisi yang sebenaranya dan membongkar lemahnya pasukan. Semua ini ia lakukan karena keinginannya untuk menghilangkan As-Sunnah secara total dan menampakkan bid'ah Rofidhoh" (Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 17/360)

Tahapan Ketiga : Mencegah dan merayu Khalifah untuk berperang melawan pasukan Tatar dan menggambarkan bahkan Holako (panglima Tatar) ingin perdamaian.

Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/05.jpg
"Karenanya yang pertama kali menemui Tatar adalah ibnu al-'Alqomiy. Ia keluar bersama keluarganya, para sahabatnya, para pembantunya dan para kerabatnya. Lalu iapun bertemu Holaku –semoga Allah melaknatnya- lalu ia kembali ke Khalifah  dan menganjurkan Khalifah untuk keluar dan pasrah di hadapan Holaku supaya terjalin perdamaian atas kesepakatan bahwasan setengah penghasilan negeri Iraq buat Tatar dan setengahnya lagi buat Khalifah. Maka Khalifah pun harus keluar bersama dengan 700 pengendara tunggangan, yang terdiri dari para hakim, para fuqohaa, para ahli ibadah, para pembesar negara. Tatkala mereka mendekati tempat tinggal Holaku maka merekapun dihalangi dari Khalifah kecuali hanya 17 orang, maka Khalifah pun selamat dengan 17 orang tersebut, adapun sisanya diturunkan dari kendaraan mereka dan dirampok, serta dibunuh seluruhnya."(Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 17/358)

Setelah itu Khalifah bertemu dengan Holaku dan membicarakan tentang perdamaian. Lalu Khalifah kembali ke tempat tinggalnya. Tatkala hendak bertemu dengan Holaku untuk yang kedua kalinya maka Ibnu al-'Alqomiy mengusulkan kepada Holaku untuk membunuh Khalifah dan tidak menerima perdamaian yang ditawarkannya. Dikatakan pula yang mengusulkan untuk membunuh khalifah adalah Ibnu al-'Alqomi dan Nasiiruddin At-Thuusiy Ar-Rofidhi, Nashiiruddin At-Thuusi berada bersama Holaku. (Lihat Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 17/259). Maka dengan hilah (kelicikan) Ibnu al-'Alqomi ini terbunuhlah Khalifah bersama tokoh-tokoh dan para pembesar negara oleh Tatar dengan sangat mudah dan tanpa ada kesulitan sama sekali !!!

Setelah itu pasukan Tatar pun masuk ke dalam kota Baghdad dan membunuh seluruh penduduk, baik lelaki, wanita, anak-anak, orang-orang tua, tidak ada yang selamat kecuali para ahlu ad-dzimmah dari kalangan Yahudi, dan Nasrani, serta orang-orang yang berlindung kepada mereka dan berlindung di rumah sang perdana menteri Ibnu al-'Alqomiy ar-Rofidhi. (lihat Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 17/359-360). Kisah pengkhianatan ibnu al-'Alqomi ar-Rofidhi juga disebutkan oleh para ahli sejarah yang lain selain Ibnu Katsir, seperti Adz-Dzahabi dalam al-'Ibar 5/225 dan As-Subkiy dalam Thobaqoot as-Syaafi'iyyah 8/262-263

          Perhatikanlah para pembaca yang budiman, tujuan pengkhiantan ibnu al-'Alqomiy tidak lain kecuali untuk membasmi ahlus sunnah dan menyebarkan madzhab rofidhoh -sebagaimana telah penjelasan ibnu Katsir-. Lihat pula bagaimana kedengkian kaum rofidhoh, disebutkan bahwasanya ibnu al-'Alqomiy menjadi perdana menteri Khalifah al-Mu'tasim kurang lebih 14 tahun, tentunya ia telah banyak dimuliakan oleh sang Khalifah. Namun meskipun demikian ternyata dendamnya dan kebenciannya terhadap Ahlus Sunnah terus mengembara…!!!

Berita tentang Ibnu al-'Alqomiy ar-Rofdhi ini juga dibenarkan oleh sejarawan syi'ah yang bernama al-Imam Ali bin Anjab, yang dikenal dengan Ibnu As-Sa'iy. Ibnu AS-Saa'iy ini adalah sejarawan yang berasal dari Baghdad yang meninggal pada tahun 674 Hijriyah, yang tentunya ia mendapati peristiwa pembantaian penduduk Baghdad yang terjadi pada tahun 656 Hijriyah. Muhsin Al-Amiin dalam kitabnya A'yaan Asyi'ah 1/305 telah memasukan Ibnu As-Saa'iy termasuk jajaran para ulama syi'ah.

Ibnu As-Saa'iy berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/06.jpg
Al-Mu'tashim adalah akhir para khalifah dinasti Abbasiyah, pada masa pemerintahannya Tatar menguasai Baghdad dan membunuh sang kahlifah al-Mu'tashim, dan dengan kejadian itu runtuhlah dinasti Abbasiyah dari tanah Iraq. Dan sebabnya adalah Perdana mentrinya yiatu Muayyiduddin bin al-'Alqomiy yang dia adalah seorang Roofidhoh, dan dia dari penduduk al-Karhk, dan penduduk al-Karhk semuanya Rofidhoh. Maka terjadilah fitnah antara ahlus sunnah dan syi'ah di Baghdad –sebagaiamana biasa- maka Khalifah al-Mu'tashim memerintahkan pasukannya untuk merampas harta penduduk al-Karhk dan menzinahi para wanita di sana. Maka hal ini sangat berat bagi ibnu al-'Alqomiy. Ia pun mengirim surat kepada Tatar dan memotivasi mereka untuk menguasai negeri Baghdad. Dikatakan bahwasanya tatkala sampai surat sang perdana mentri Ibnu al-Alqomiy kepada Holaku maka iapun merasa aneh, maka iapun masuk ke Baghdad dengan model seorang pedagang, lalu ia bertemu dengan sang perdana menteri dan para pembesar negera, dan iapun menetapkan beberapa kaidah bersama mereka, lalu ia kembali ke negerinya. Iapun mempersiapkan pasukan lalu berjalan menuju Baghdad dengan pasukan yang besar dari kalangan Mongol, lalu bermarkas di arah tenggara Baghdad pada tahun 656 Hijriyah. Lalu sang perdana menteri menemui mereka lalu meminta mereka untuk menjaga keluarganya lalu ia kembali menemui al-Khalifah al-Mu'tashim dan berkata bahwasanya "Holaku datang untuk menikahkan putrinya dengan putramu". Ibnu al-Alqomiy terus merayu sang Khalifah hingga akhirnya ia berhasil menjadikan sang khalifah untuk pergi menuju Holaku, lalu merekapun menempatkan khalifah di sebuah kemah. Lalu ibnu al-'Alqomi juga menjadikan para pembesar-pembesar Baghdad untuk pergi menuju Holaku, sekelompok demi sekelompok. Hingga akhirnya seeluruhnya berada di sisi pasukan Tatar, maka pasukan Tatarpun membunuh mereka dengan pedang-pedang mereka, dan juga membunuh sang khalifah al-Mu'atashim" (Mukhtashor Akhbaar al-Khulafaa hal 126, terbitan al-Mathba'ah al-Amiiriyah, Bulaaq, cetakan pertama tahun 1309 H)

B.   Nashiiruddin At-Thuusiy

Al-Khumaini berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/07.jpg


"Dan orang-orang juga merasakan kerugian dengan hilangnya Sayyid Nashiiruddin At-Thuusiy, dan Al-'Allaamah dan yang semisal mereka, dari orang-orang yang telah memberikan khidmah/sumbangsih yang nampak untuk Islam…" (Al-Hukuumah al-Islaamiyah, karya Al-Khumaini hal 128, bisa didownload di http://search.4shared.com/postDownload/aNiUh35V/___.html)
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/08.jpg

Sumbangsih yang dimaksudkan oleh al-Khumaini telah dibongkar sebelumnya oleh Al-Mirzaa Muhammad Baaqir al-Khawansaari Al-Asbahani (wafat 1313 H) dalam kitabnya Raoudhoot al-Jannaat, pada biografi Nashiiruddin At-Thuusi . Al-Khawansaari berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/09.jpg
"Diantara berita yang mashyur dan dinukilkan dan dihikayatkan dari At-Thuusi bahwasanya beliau membawa pergi sang sulton … Holaku Khoon… yang merupakan salah satu para raja besar dari Tatar, dan kedatangan At-Thuusi bersama pasukan Sulton Yang dikuatkan (*Yaitu Holaku) dengan kekuatan penuh menuju Daarus Salaam Baghdad untuk memberi petunjuk kepada para hamba dan perbaikan untuk negara-negara, untuk memutuskan rangkaian kezoliman dan kerusakan, untuk memadamkan api kezoliman dan kerancuan, dengan mebantai Raja Bani al-'Abbaas, dan pelaksanaan pembunuhan masal/menyeluruh para pengikut orang-orang gembel tersebut, hingga mengalir dari darah-darah mereka kotoran-kotoran seperti sungai-sungai, maka mengalirlah darah-darah kotor tersebut dan melebur ke sungai Dujlah, dan setelah dari sungai Dujlah kemudian menuju neraka Jahannam, lembah kebinasaan, tempatnya orang-orang yang sengsara dan buruk" (Roudootul Jannaat fi Ahwaal al-Ulamaa' wa as-Saadaat, jilid 6 hal 279, terbitan ad-Daar al-Islaamiyah, cetakan pertama 1411 H/1991 M)

Demikianlah peran Nasiiruddin At-Thuusiy dalam membumi hanguskan ratusan ribu kaum muslimin Ahlus Sunnah di Baghdad. Karena memang At-Thusiy adalah penasehat Holako. Al-Mirzaa Muhammad Baaqir al-Khawansaari  juga berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/10.jpg
"Maka At-Thuusiy pun memotivasi Holaku untuk menguasai negeri Iraq. Maka Holaku pun bertekad untuk menguasai Baghdad, iapun menguasai negeri-negeri dan sekitarnya, serta membantai Al-Kholifah Al-Mu'tashim al-'Abbaasi" (Roudhootul jannaat jilid 6 hal 293)

Lihatlah bagaimana sejarawan syi'ah Al-Mirza Muhammad Baaqir Al-Khawansaari begitu bangga dengan ulah at-Thuusiy yang dengan usulannya maka Holaku berhasil membunuh sejuta ahlus sunnah di Baghdad, bahkan Al-Khawansari sangat gembira dengan mengalirnya darah-darah ahlus sunnah ke sungai Dujlah, dan dia dengan berani menyatakan bahwa darah-darah tersebut akan menuju neraka jahannam !!!!!.

Kaum syi'ah memandang pengaturan at-Thuusiy untuk pembunuhan masal kaum muslimin termasuk manaqib at-Thuusiy, jasa besar at-Thuusiy. Menurut mereka pembunuhan masal kaum mulsimin ini merupakan jalan untuk memberi petunjuk kepada para hamba dan untuk memperbaiki negeri. Mereka memandang bahwa kaum muslimin yang meninggal dalam pembantaian ini akan masuk neraka. Apakah artinya Holako sang penyembah berhala –yang disifati dengan al-mu'ayyad (yang ditolong)- di atas kebenaran???. Lihatlah bagaimana besar kedengkian syi'ah terhadap kaum muslimin ahlus sunnah hingga dekat dengan para penyembah berhala dan memotivasi mereka untuk membantai ahlus sunnah. Bahkan pembantaian ahlus sunnah merupakan kejayaan bagi mereka !!!



KEEMPAT : Pembantaian As-Sofawi terhadap ahlus sunnah di Iran dan di Iraq pada aba ke 10 Hijriyah

Pembantaian ini diakui sendiri oleh kaum syi'ah, sebagaimana yang dituliskan oleh sejarawan syi'ah yang bernama Dr. Ali Al-Wardi dalam bukunya "Lamahaat Ijtimaa'iyah min Taariikh al-'Irooq al-Hadiits", yang buku ini dicetak di Iran. Sejarawan ini juga banyak menelaah kitab-kitab yang dikarang oleh para sejarawan syi'ah lainnya, karenanya ia sering menukil perkataan-perkataan mereka dalam kitabnya ini.

DR Ali Al-Wardi telah menjelaskan di awal bukunya, bahwa sesungguhnya merupakan pemahaman yang keliru dan tersebar adalah persangkaan banyak orang bahwasanya Syi'ah bersumber dari Iran. Yang sebenarnya Syi'ah bersumber dari Iraq, adapun di Iran maka mayoritas penduduknya adalah ahlus sunnah, meskipun ada sedikit kaum syi'ah yang tinggal di Iran. Kaum Syi'ah baru menjadi kuat bahkan berpusat di Iran setelah berdirinya negara As-Sofawiyah -pada abad 10 Hijriyah atau abad ke 16 Masehi- yang didirikan oleh seorang pemuda yang bernama Isma'il As-Sofawi yang berada di atas madzhab syi'ah imaamiyah itsnaa 'asyariyah. (Lihat Lamhaat Ijtimaa'iyah jilid 1 hal 9-10). Karenanya Isma'il As-Sofawy ini sangat dipuji oleh kaum syi'ah (lihat Lamhaat Ijtimaa'iyah 1/56-57)
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/11.jpg
Dr. Ali al-Wardi berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/12.jpg
"Diriwayatkan dari Isma'il As-Sofawi, tatkala ia hendak menguasai kota Tibriz pada awalnya, dan ia ingin mewajibkan madzhab syi'ah kepada penduduk Tibriz dengan cara paksa maka sebagian penasehatnya dari para pemuka agama memberi nasehat kepadanya agar ia tidak melakukan  pemaksaan tersebut karena 2/3 penduduk Tibriz dari kalangan ahlu sunnah, dan mereka tidak tahan mendengar cacian terhadap 3 khalifah (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) yang dilakukan di atas mimbar-mimbar. Akan tetapi Isma'il As-Sofawi berkata kepada mereka, "Aku telah ditugaskan untuk ini, dan Allah serta para imam yang ma'shum bersamaku, aku tidak takut kepada seorangpun. Jika aku mendapati dari masyarakat sebuah kata protes maka aku akan menghunuskan pedangku kepada mereka, dan tidak akan aku sisakan seorangpun dari mereka yang hidup" (Lamhaat Ijtimaa'iyah 1/57-58)

          Bahkan Dr. Ali Al-Wardi mengakui bahwa cara penyebaran madzhab syi'ah adalah dengan memaki Abu Bakr, Umar, dan Utsman di mimbar-mimbar dan podium-podium. Dr. Ali berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/13.jpg
"Sarana penyebaran madzhab (*syi'ah).

As-Syaah Isma'il menjadikan pencelaan tiga khalifah (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) sebagai sarana untuk menguji penduduk Iran. Barangsiapa diantara mereka yang mendengar pencelaan maka wajib baginya untuk menjawab "Biis Baad Kam Maa Baad", yaitu sebuah ungkapan yang dalam bahasa Adzarbedjan menunjukan bahwa sang pendengar setuju dengan celaan tersebut dan meminta tambahan celaan. Adapun jika yang mendengar celaan tersebut tidak mau mengucapkan ungkapan ini maka lehernya akan dipenggal seketika itu juga. Isma'il As-Sofawi telah memerintahkan kampanye memaki tiga khalifah di jalan-jalan, di pasar, dan di atas mimbar-mimbar sambil memperingatkan bahwasanya orang-orang yang protes maka akan dipenggal leher mereka" (Lamhaat Ijtimaa'iyah 1/58)

Selanjutnya DR Ali berkata :

Sarana propaganda dan pemantapan jiwa. Maka iapun memerintahkan untuk mengadakan perayaan
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/14.jpg
"Dalam rangka penyebaran madzhab syi'ah, As-Syaah Isma'il tidak hanya cukup dengan menggunakan cara menteror penduduk Ahlus Sunnah Iran, akan tetapi ia juga menggunakan cara yang lain, yaitu

Kematian al-Husain sebagaimana cara perayaan yang diterapkan sekarang. Perayaan ini sudah dimulai oleh Al-Buwaihiyun di Baghdaad pada abad ke 4 Hijriyah, akan tetapi perayaan ini dilalaikan dan menjadi melemah setelah mereka. Kemudian datanglah as-Syaah Isma'il pada akhirnya maka iapun mengembangkan perayaan ini dan menambah rangkaian dalam perayaan ini acara "Majelis at-Ta'ziyah" (*yaitu majelis menceritakan kesedihan dan derita yang terjadi pada Husain-pen) yang acara ini dijadikan oleh Isma'il sangat memberi pengaruh dalam hati. Dan bisa jadi benar perkataan bahwasanya perayaan ini adalah sebab terpenting dalam menyebarkan madzhab syi'ah di Iran, karena pada perayaan tersebut nampak sikap-sikap kesedihan, tangisan, dan disertai dengan banyaknya penyebaran dan lantunan bedug dan yang lainnya maka mengantarkan pada tertancapnya aqidah (syi'ah) dalam jiwa yang paling dalam dan mengetuk relung-relung hati yang tersembunyi" (Lamahaat Ijtimaa'iyah 1/59)

Selain pembantaian kaum muslimin Iran Ahlus Sunnah, Isma'il As-Sofawi juga melakukan pembantaian yang sama terhadap penduduk Ahlus Sunnah yang ada di Iraq. Dr. Ali al-Wardi berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/15.jpg
"Dan pada tahun 1508 Masehi As-Syaah Isma'il menguasai Baghdaad. Mayoritas buku-buku sejarah mengisyaratkan bahwasanya ia mensikapi penduduk Baghdad sebagaimana ia memperlakukan penduduk Iran sebelumnya. Maka ia pun terang-terangan mencaci para khalifah dan membunuh banyak ahlus sunnah serta menggali kuburan Abu Hanifah" (Lamahaat Ijtimaa'iyah min Taariikh al-'Irooq al-Hadiits, DR Ali Al-Wirdiy, terbitan : Mathba'ah Amiir-Qum, Iran, cetakan pertama, jilid 1 hal 43)



KELIMA : Pembantaian Ahlus Sunnah zaman sekarang, seperti di Iran, Irak dan Syiria

Kekejaman sejarah berdarah kaum syi'ah tidaklah berhenti, hingga zaman sekarang ini betapa banyak kaum ahlus sunnah yang diintimidasi dan dibunuh baik di Iran maupun di Iraq. Terlebih-lebih lagi pembantaian ahlus sunnah di Syiria yang masih terus berlanjut hingga saat ini !!!



KEENAM : Pembantaian Ahlus Sunnah di masa depan

Pembantaian ini dilakasanakan oleh Imam Mahdi mereka Imam ke 12, yang akan membasmi Ahlus Sunnah, dimulai dengan pembunuhan Abu Bakar dan Umar bin Al-Khotthob radhiallahu 'anhuma, dan diakhiri dengan pembantaian para pengikut mereka berdua atau mendoakan keridhoan bagi mereka berdua:

Tidak cukupkah pembantaian ahlus sunnah di masa lalu….
Tidak cukupkah pembantaian ahlus sunnah di masa kini…
Bahkan haruskah pembantaian ahlus sunnah di masa depan….

Meskipun ini hanyalah pembantaian khayalan di mata ahlus sunnah, akan tetapi ini adalah pembantaian yang menurut keyakinan kaum syi'ah akan benar-benar terjadi. Karenanya pembantaian ini merupakan gambaran pembantaian berdarah yang lebih berbahaya dari pembantaian-pembantaian sebelumnya. Karena pembantaian inilah cita-cita dan harapan, serta impian kaum syiah. Munculnya imam Mahdi mereka (imam ke 12) yang selama ini mereka nanti-nantikan dan mereka impikan, yang akan menegakkan negara syi'ah mereka, dan akan menghancurkan musuh-musuh mereka, terutama ahlus sunnah.

Pembantaian berdarah kubro ini tergambarkan menurut keyakinan kaum syia'ah melalui dua tahapan berikut :

Pertama : Penyaliban Abu Bakar dan Umar  setelah menggali jasad mereka dari kuburan mereka

Kedua : Pembantaian seluruh ahlus sunah yang memiliki rasa cinta kepada Abu Bakar dan Umar, sedikit apapun kecintaan mereka

Al-Majlisi meriwayatkan :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/16.jpg
"Dari Muhamad bin Sinan berkata, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihis salam berkata kepada Umar : "Wahai orang yang terpedaya, sesunguhnya aku tidak melihatmu kecuali akan terbunuh di dunia oleh seorang budaknya Umu Mu'amar, engkau telah memberi hukuman kepadanya secara dzolim dan ia akan membunuhmu dengan taufiq (*dari Allah), maka iapun akan masuk surga karena membunuhmu meskipun engkau tidak suka. Dan sesunguhnya bagimu dan bagi sahabatmu yang engkau menggantikan kedudukanya (*yaitu Abu Bakar) sebuah salib dan pencabik-cabikan, engkau berdua akan dikeluarkan dari sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi, maka kalian berdua akan disalib di atas batang kurma yang kering maka keluarlah daun dari batang kering tersebut, hal ini menjadikan orang-orang yang berwala kepadamu terfitnah".

Umar berkata, "Dan siapakah yang akan melakukan hal ini wahai Abul Hasan?"

Ali berkata, "Sebuah kaum yang telah memisahkan antara pedang-pedang dan sarung-sarungnya, maka akan didatangkan api yang telah dinyalakan untuk Ibrahim 'alaihis salaam, dan akan datang Jarjis, Daniel, dan seluruh Nabi dan shidiiq, lalu datang angin yang akan menerbangkan/menghancurkan kalian di lautan" (Bihaarul Anwaar 30/276-277)

Ni'matulah al-Jazairi berkata :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/17.jpg
"Dan penulis kitab "Muntakhob al-Bashoir' telah meriwayatkan dengan sanad yang mu'tabar (valid) kepada al-Mufadhol bin Umar, ia berkata : Aku bertanya kepada sayyidku As-Shoodiq 'alaihis salaam, Apakah waktu keluarnya imam mahdi diketahui manusia??..." (Al-Anwar An-Nu'maniyah 2/52)

Lalu Ni'matullahi al-Jazaairi membawakan dialog yang panjang antara al-Mufadhol dan As-Shoodiq hingga pada :
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/idahram3/18.jpg
Al-Mufaddhol berkata, "Wahai tuanku, ke manakah al-Mahdi akan berjalan?", Ia (as-Shodiq) berkata, "Ia pergi ke kota kakekku Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka jika ia telah sampai ke Madinah maka ia memiliki kedudukan yang menakjubkan. Nampaklah kegembiran kaum mukminin dan kehinaan orang-orang kafir". Al-Mufaddhol berkata, "Tuanku, apakah itu?". Ia (as-Shodiq) berkata, "al-Mahdi pergi ke kuburan kakeknya dan berkata, "Wahai manusia, ini adalah kuburan kakekku?", mereka berkata, "Benar, wahai Mahdi Alu Muhammad". Ia berkata, "Siapakah yang bersamanya di kuburan?", mereka mengakatan, "Kedua sahabatnya Abu Bakar dan Umar". Maka Mahdi berkata –padahal ia lebih tahu-, "Siapa Abu Bakar dan Umar?, bagaimana kok diantara manusia mereka berdua bisa dikuburkan bersama kakekku Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam?, jangan-jangan yang dikuburkan bukanlah mereka berdua?". Orang-orang berkata, "Wahai Mahdi ali Muhammad, yang ada di sini mereka berdua, bukan yang lain, dan mereka berdua dikuburkan bersama Nabi karena mereka berdua adalah khalifah Rasulullah, dan mereka berdua adalah ayah mertua dari dua istri Rasulullah". Mahdi berkata, "Apakah salah seorang dari kalian mengenal mereka berdua?". Orang-orang berkata, "Iya, kami mengenal sifat-sifat mereka berdua". Mahdi berkata, "Apakah salah seorang dari kalian ragu tentang dikuburkannya mereka berdua di sini?', orang-orang berkata, "Tidak". Lalu setelah tiga hari al-Mahdi memerintahkan untuk menggali kuburan mereka berdua dan mengeluarkan keduanya. Maka keduanya (Abu Bakar dan Umar) pun dikeluarkan masih segar sebagaimana bentuk mereka berdua di dunia, lalu Mahdi membuka kafan keduanya, lalu memerintahkan untuk mengangkat keduanya di atas pohon yang kering, lalu keduanya disalib di atas pohon tersebut, maka pohon tersebut bergerak dan mengeluarkan dedaunan serta meninggi dan memanjang cabang-cabangnya. Maka orang-orang yang ragupun –dari kalangan yang berwalaa' kepada mereka berdua- berkata, "Demi Allah sungguh ini benar-benar merupakan kemuliaan, sungguh kami telah beruntung mencintai mereka berdua dan berwala' kepada mereka berdua". Maka tersebarlah kabar mereka berdua, maka setiap orang yang memiliki rasa cinta kepada mereka berdua –meskipun hanya sebesar biji sawi- maka datang ke kota Madinah, lalu merekapun terfitnah dengan keduanya (Abu Bakar dan Umar). Lalu seorang penyeru Mahdi berseru, "Kedua orang ini adalah telah bersahabat dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka barangsiapa yang mencintai mereka berdua maka hendaknya berkumpul di suatu tempat, dan barang siapa yang membenci mereka berdua agar berkumpul juga di suatu tempat". Maka manusiapun terbagi menjadi dua golongan, antara yang berwala dan yang membenci. Maka Mahdipun menunjukkan kepada para pecinta keduanya bahwa ia berbaroah (berlepas diri) dari mereka berdua. Maka mereka berkata, "Wahai Mahdi, kami tidak pernah berlepas diri dari mereka berdua, dan kami tidak pernah mengetahui bahwasanya ternyata mereka berdua memiliki kemuliaan seperti ini, maka bagaimana bisa kami berlepas diri dari mereka berdua, padahal kami telah melihat apa yang telah kami saksikan dari mereka berdua sekarang ini berupa cahaya mereka berdua, segarnya mereka berdua, serta hidupnya pohon yang kering dikarenakan mereka berdua?, bahkan demi Allah justru kami berlepas diri dari engkau dan dari orang-orang yang beriman kepadamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada mereka berdua dan dari orang-orang yang menyalib mereka berdua dan mengeluarkan mereka berdua dan melakukan apa yang telah dilakukan kepada keduanya".

Maka Mahdipun memerintahkan angin yang menjadikan mereka seperti batang-batang korma yang tumbang, lalu Mahdi memerintahkan untuk menurukan mereka berdua lalu menghidupkan mereka berdua dengan izin Allah, lalu memerintahkan manusia untuk berkumpul lalu mahdi menegakan qisos kepada mereka…"  (al-Anwaar an-Nu'maniyah 2/52).
BAB KEDUA

RACUN AQIDAH SYI'AH
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/slave-ship.jpgPara ulama ahlus sunnah telah sepakat akan sesatnya sekte syi'ah. Seluruh kitab-kitab yang membicarakan tentang firqoh sesat memasukan syi'ah –dengan beragam sekte-sektenya – termasuk firqoh yang sesat dan menyesatkan.

Akan tetapi akhir-akhir ini pemaham sekte syi'ah mulai semarak di tanah air kita, ditambah lagi dengan dukungan sebagian tokoh-tokoh Islam dari tanah air. Karenanya perlu untuk menanamkan kepada masyarakat akan bahayanya racun agama syi'ah.

          Berikut ini bukti-bukti kesesatan syi'ah yang diambil dari kitab-kitab Syi’ah, website-website Syi’ah, dan perkataan para ulama Syi’ah yang telah dikumpulkan oleh ustadz Abul Jauzaa' (silahkan kunjungi http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/01/syiah-itu-sesat-juragan-sebuah-masukan.html, dengan sedikit perubahan)

PERTAMA : Orang Syi’ah Raafidlah mengatakan Al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin (baca : Ahlus-Sunnah) berbeda dengan Al-Qur’an versi Ahlul-Bait.

Berkata Muhammad bin Murtadlaa Al-Kaasyi dalam – seseorang yang dianggap ‘alim dan ahli hadits dari kalangan Syi’ah - :
لم يبق لنا اعتماد على شيء من القرآن. إذ على هذا يحتمل كل آية منه أن يكون محرفاً ومغيراً ويكون على خلاف ما أنزل الله فلم يبق لنا في القرآن حجة أصلا فتنتفي فائدته وفائدة الأمر باتباعه والوصية بالتمسك به
“Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang suatu ayat dari Al-Qur’an. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidaklah tersisa dari Al-Qur’an satu ayatpun sebagai hujjah. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengannya ….” [Tafsir Ash-Shaafiy 1/33]

Berkata Muhammad bin Ya’qub Al-Kulainiy – seorang yang dianggap ahli hadits dari kalangan Syi’ah – (w. 328/329 H) :
عن أبي بصير عن أبي عبد الله عليه السلام قال : وَ إِنَّ عِنْدَنَا لَمُصْحَفَ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) وَ مَا يُدْرِيهِمْ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ قُلْتُ وَ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ مُصْحَفٌ فِيهِ مِثْلُ قُرْآنِكُمْ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ اللَّهِ مَا فِيهِ مِنْ قُرْآنِكُمْ حَرْفٌ وَاحِدٌ قَالَ قُلْتُ هَذَا وَ اللَّهِ الْعِلْمُ
Dari Abu Bashiir, dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam ia berkata : “Sesungguhnya pada kami terdapat Mushhaf Faathimah ‘alaihas-salaam. Dan tidaklah mereka mengetahui apa itu Mushhaf Faathimah”. Aku berkata : “Apakah itu Mushhaf Faathimah ?”. Abu ‘Abdillah menjawab : “Mushhaf Faathimah itu, di dalamnya tiga kali lebih besar daripada Al-Qur’an kalian. Demi Allah, tidaklah ada di dalamnya satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian”. Aku berkata : “Demi Allah, ini adalah ilmu” [Al-Kaafiy, 1/239].
عَنْ هِشَامِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جَبْرَئِيلُ ( عليه السلام ) إِلَى مُحَمَّدٍ ( صلى الله عليه وآله ) سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفَ آيَةٍ
Dari Hisyam bin Saalim, dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam ia berkata : “Sesungguhnya Al-Qur’an yang diturunkan melalui perantaraan Jibril ‘alaihis-salaam kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi terdiri dari 17.000 (tujuh belas ribu) ayat” [Al-Kaafiy, 2/634].

Berkata Muhammad Baaqir Taqiy bin Maqshuud Al-Majlisiy (w. 1111 H) – seorang yang dianggap imam dan ahli hadits di masanya – ketika mengomentari hadits di atas :
موثق، وفي بعض النسخ عن هشام بن سالم موضع هارون ابن سالم، فالخبر صحيح ولا يخفى أن هذا الخبر وكثير من الأخبار في هذا الباب متواترة معنى، وطرح جميعها يوجب رفع الاعتماد عن الأخبار رأسا، بل ظني أن الأخبار في هذا الباب لا يقصر عن أخبار الامامة فكيف يثبتونها بالخبر ؟
Shahih. Dalam sebagian naskah tertulis : ”dari Hisyaam bin Saalim” pada tempat rawi yang bernama Haaruun bin Saalim. Maka khabar/riwayat ini shahih dan tidak tersembunyi lagi bahwasanya riwayat ini dan banyak lagi yang lainnya dalam bab ini telah mencapai derajat mutawatir secara makna. Menolak keseluruhan riwayat ini (yang berbicara tentang perubahan Al-Qur’an) berkonsekuensi menolak semua riwayat (yang berasal dari Ahlul-Bait). Aku kira, riwayat-riwayat dalam bab ini tidaklah lebih sedikit dibandingkan riwayat-riwayat tentang imamah. Nah, bagaimana masalah imamah itu bisa ditetapkan melalui riwayat ? [Mir-aatul-‘Uquul fii Syarhi Akhbaari Aalir-Rasuul 12/525].

Kemudian,…. inilah hal yang membuktikan validitas keyakinan Syi’ah dalam hal ini :

Dr. Al-Qazwiniy, salah seorang ulama kontemporer Syi’ah yang cukup terkenal, mengatakan bahwa firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” [QS. Aali 'Imraan : 33].
Menurutnya, yang benar adalah :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ وَآلَ مُحَمَّدٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”.
Tambahan kalimat yang digarisbawahi diatas dihilangkan oleh para shahabat radliyallaahu ‘anhum – (dan ini adalah kedustaan yang sangat nyata !!)

Silahkan para pembaca melihat langsung perkataannya di (http://www.youtube.com/watch?v=ovfz3xnsjJ0&feature=player_embedded)

Mau dikemanakan firman Allah ta’ala :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” [QS. Al-Hijr : 9] ?.

KEDUA : Orang Syi’ah Raafidlah telah mengkafirkan para shahabat, terutama sekali Abu Bakr Ash-Shiddiiq dan ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhumaa.

Orang Syi’ah telah mendoakan laknat atas Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa – yang naasnya, doa itu dinisbatkan secara dusta kepada ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu[7] – sebagai berikut :
اللهم صل على محمد، وآل محمد، اللهم العن صنمي قريش، وجبتيهما، وطاغوتيهما، وإفكيهما، وابنتيهما، اللذين خالفا أمرك، وأنكروا وحيك، وجحدوا إنعامك، وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرّفا كتابك.....
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy (Abu Bakr dan ‘Umar – pen), Jibt dan Thaghut, kawan-kawan, serta putra-putri mereka berdua. Mereka berdua telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, menjungkir-balikkan agama-Mu, merubah kitab-Mu…..dst.” (Berikut referensi Syi’ah yang memuat riwayat dusta ini : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/sh-ehqaq-01/12.htm).

Saksikan video berikut (http://www.youtube.com/watch?v=DAVSplUX3hw&feature=player_embedded) , bagaimana ulama Syi’ah (Yasir al-Habiib) melaknat Abu Bakr, ‘Umar, dan para shahabat lain radliyallaahu ‘anhum dalam shalatnya :

Dan mari kita lihat sumber ajaran Syi’ah dalam kitab mereka yang mengkafirkan para shahabat :
عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ( عليه السلام ) قَالَ كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ ( صلى الله عليه وآله ) إِلَّا ثَلَاثَةً فَقُلْتُ وَ مَنِ الثَّلَاثَةُ فَقَالَ الْمِقْدَادُ بْنُ الْأَسْوَدِ وَ أَبُو ذَرٍّ الْغِفَارِيُّ وَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْهِمْ
Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata : “Orang-orang (yaitu para shahabat - Abul-Jauzaa’) menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi kecuali tiga orang”. Aku (perawi) berkata : “Siapakah tiga orang tersebut ?”. Abu Ja’far menjawab : “Al-Miqdaad, Abu Dzarr Al-Ghiffaariy, dan Salmaan Al-Faarisiy rahimahullah wa barakaatuhu ‘alaihim...” [Al-Kaafiy, 8/245; Al-Majlisiy berkata : “hasan atau muwatstsaq”].
عَنْ أَبِي عبد الله عليه السلام قال: .......والله هلكوا إلا ثلاثة نفر: سلمان الفارسي، وأبو ذر، والمقداد ولحقهم عمار، وأبو ساسان الانصاري، وحذيفة، وأبو عمرة فصاروا سبعة
Dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata : “…….Demi Allah, mereka (para shahabat) telah binasa kecuali tiga orang : Salmaan Al-Faarisiy, Abu Dzarr, dan Al-Miqdaad. Dan kemudian menyusul mereka ‘Ammaar, Abu Saasaan, Hudzaifah, dan Abu ‘Amarah sehingga jumlah mereka menjadi tujuh orang” [Al-Ikhtishaash oleh Al-Mufiid, hal. 5; lihat : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/ekhtesas/a1.html].
عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَحَدِهِمَا عليهما السلامقَالَ إِنَّ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْفُرُونَ بِاللَّهِ جَهْرَةً وَ إِنَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَخْبَثُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ أَخْبَثُ مِنْهُمْ سَبْعِينَ ضِعْفاً .
Dari Abu Bashiir, dari salah seorang dari dua imam ‘alaihimas-salaam, ia berkata : “Sesungguhnya penduduk Makkah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek daripada penduduk Makkah 70 kali” [Al-Kaafiy, 2/410; Al-Majlisiy berkata : Muwatstsaq].

Riwayat yang semacam ini banyak tersebar di kitab-kitab Syi’ah.

Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Fath : 29] ?.


KETIGA : Orang Syi’ah Raafidlah tidak menggunakan riwayat Ahlus-Sunnah.

Atau dengan kata lain, Syi’ah tidak menggunakan hadits-hadits Ahlus-Sunnah – yang merupakan referensi kedua setelah Al-Qur’an – dalam membangun agama mereka. Ini merupakan konsekuensi yang timbul dari point kedua karena mereka mengkafirkan para shahabat yang menjadi periwayat as-sunnah/al-hadits. Ini adalah satu kenyataan yang tidak akan ditolak kecuali mereka yang bodoh terhadap agama Syi’ah dengan kebodohan yang teramat sangat, atau mereka yang sedang menjalankan strategi taqiyyah. Adakah mereka (Syi’ah) akan mengambil riwayat dari orang yang telah murtad dari agamanya ?.

Syi’ah mempunyai sumber-sumber hadits tersendiri seperti Al-Kaafiy, Man Laa yahdluruhl-Faqiih, Tahdziibul-Ahkaam, Al-Istibshaar, dan yang lainnya.

Jika mereka mengambil referensi Ahlus-Sunnah, maka itu hanyalah mereka lakukan ketika berbicara kepada Ahlus-Sunnah, dan mereka ambil yang kira-kira dapat mendukung ‘aqidah mereka dan/atau menghembuskan syubhat-syubhat kepada Ahlus-Sunnah.

Dimanakah posisi sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ
“Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyiy. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah Al-Khulafaa’ Ar-Raasyidiin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/126-127, Abu Daawud no. 4607, dan yang lainnya; shahih] ?.



KEEMPAT : Orang Syi’ah telah berbuat ghulluw kepada imam-imam mereka, dan bahkan sampai pada taraf ‘menuhankan’ mereka.

Al-Kulainiy membuat bab dalam kitab Al-Kaafiy :
بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) إِذَا شَاءُوا أَنْ يَعْلَمُوا عُلِّمُوا
“Bab : Bahwasannya para imam (‘alaihis-salaam) apabila ingin mengetahui, maka mereka akan diberi tahu”.

Di sini ada 3 hadits/riwayat. Saya sebutkan satu di antaranya :
أَبُو عَلِيٍّ الْأَشْعَرِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ عَنْ صَفْوَانَ عَنِ ابْنِ مُسْكَانَ عَنْ بَدْرِ بْنِ الْوَلِيدِ عَنْ أَبِي الرَّبِيعِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْإِمَامَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَعْلَمَ أُعْلِمَ .
Abu ‘Aliy Al-Asy’ariy, dari Muhammad bin ‘Abdil-Jabbaar, dari Shafwaan, dari Ibnu Muskaan, dari Badr bin Al-Waliid, dari Abur-Rabii’, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Sesungguhnya seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan diberi tahu” [Al-Kaafiy, 1/258].

Inilah riwayat dusta yang disandarkan kepada ahlul-bait – dan ahlul-bait berlepas diri dari riwayat dusta tersebut.

Bab yang lain dalam kitab Al-Kaafiy :
بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) يَعْلَمُونَ عِلْمَ مَا كَانَ وَ مَا يَكُونُ وَ أَنَّهُ لَا يَخْفَى عَلَيْهِمُ الشَّيْ‏ءُ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ
“Bab : Bahwasannya para imam (‘alaihis-salaam) mengetahui ilmu yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari mereka shalawatullah ‘alaihim”.

Di situ ada 6 buah hadits/riwayat, yang salah satunya adalah sebagai berikut :
أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ وَ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ إِسْحَاقَ الْأَحْمَرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَمَّادٍ عَنْ سَيْفٍ التَّمَّارِ قَالَ كُنَّا مَعَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام )...... فَقَالَ وَ رَبِّ الْكَعْبَةِ وَ رَبِّ الْبَنِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ كُنْتُ بَيْنَ مُوسَى وَ الْخَضِرِ لَأَخْبَرْتُهُمَا أَنِّي أَعْلَمُ مِنْهُمَا وَ لَأَنْبَأْتُهُمَا بِمَا لَيْسَ فِي أَيْدِيهِمَا لِأَنَّ مُوسَى وَ الْخَضِرَ ( عليه السلام ) أُعْطِيَا عِلْمَ مَا كَانَ وَ لَمْ يُعْطَيَا عِلْمَ مَا يَكُونُ وَ مَا هُوَ كَائِنٌ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ وَ قَدْ وَرِثْنَاهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) وِرَاثَةً
Ahmad bin Muhammad dan Muhammad bin Yahyaa, dari Muhammad bin Al-Husain, dari Ibraahiim bin Ishaaq Al-Ahmar, dari ‘Abdullah bin Hammaad, dari Saif At-Tammaar, ia berkata : Kami pernah bersama Abu Ja’far (‘alaihis-salaam), …..kemudian ia berkata : “Demi Rabb Ka’bah dan Rabb Baniyyah – tiga kali - . Seandainya aku berada di antara Musa dan Khidlir, akan aku khabarkan kepada mereka berdua bahwasannya aku lebih mengetahui daripada mereka berdua. Dan akan aku beritahukan kepada mereka berdua apa-apa yang tidak ada pada diri mereka. Karena Musa dan Khidlir (‘alaihis-salaam) diberikan ilmu apa yang telah terjadi, namun tidak diberikan ilmu yang sedang terjadi dan akan terjadi hingga tegak hari kiamat. Dan sungguh kami telah mewarisinya dari Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalihi)[9] dengan satu warisan” [Al-Kaafiy, 1/260-261].

Dr. Al-Qazwiiniy dalam ceramahnya (http://www.youtube.com/watch?v=BxuHVIZ0rvA&feature=player_embedded), pada menit 0:44 – 0:53 mengatakan : “Allah ta’ala Maha Mengetahui segala isi hati. Dan imam dalam riwayat ini juga mengetahui segala isi hati. Ilmu imam berasal dari Allah….. [selesai]. Bahkan ia menyatakan bahwa Jibril dan Mikail saja tidak mengetahui apa yang ada dihati. Ia juga mengatakan bahwa ilmu para imam meliputi langit dan bumi, sama dengan ilmu Allah hanya saja beda 1 derajat lebih rendah.

Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ

“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku" [QS. Al-An’aam : 50] ?.
Dan kalaupun Allah memberikan sebagian khabar ghaib – baik yang telah lalu maupun yang kemudian – kepada para hamba-Nya dari kalangan manusia, maka itu Allah ta’ala berikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya” [QS. Ali ‘Imraan : 179].
Tidak ada dalam ayat di atas kata ‘imam’, akan tetapi menyebut kata ‘rasul’ Orang Syi’ah mengatakan bahwa imam lebih tinggi kedudukannya dari para Nabi (selain Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam).

Ayatullah Al-‘Udhmaa (baca : Ayatusy-Syi’ah) Ar-Ruuhaaniy – semoga Allah mengembalikannya kepada kebenaran – pernah ditanya sebagai berikut :
هل تعتقدون أن علياً كرم الله وجهه أفضل من الأنبياء؟
“Apakah engkau meyakini bahwasannya ‘Aliy karamallaahu wajhah lebih utama daripada para Nabi ?”.

Ia (Ar-Ruuhaaniy) menjawab :

هذا من الأمور القطعية الواضحة

“Ini termasuk perkara-perkara yang pasti lagi jelas (yaitu ‘Aliy lebih utama daripada para Nabi)” [selesai – sumber : http://www.alrad.net/hiwar/olama/rohani/r16.htm].[11]

Bahkan seandainya seluruh Nabi berkumpul, niscaya mereka tidak akan mampu berkhutbah menandingi khutbah ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu. Ini dikatakan oleh salah seorang ulama Syi’ah yang sangat kesohor : As-Sayyid Kamaal Al-Haidariy (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=Rhyc343o_ZI&feature=player_embedded)

Dasar riwayatnya (bahwa ‘Aliy lebih utama dibandingkan para Nabi, selain Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam) tertulis di video ini  (http://www.youtube.com/watch?v=062TvOdtfQI&feature=player_embedded)

Bukankah ini merupakan penghinaan terhadap para Nabi dan para rasul ?. Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ

“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat” [QS. Al-Baqarah : 253] ?.
[Pelampauan keutamaan sebagian Rasul (termasuk Nabi) hanya dilakukan oleh sebagian (Rasul) yang lain. Allah tidak mengatakan bahwa pelampauan itu dilakukan oleh orang yang bukan Nabi atau Rasul].



KELIMA : Orang Syi’ah – dalam hal ini diwakili oleh Ayatusy-Syi’ah Khomainiy – mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah menyembunyikan sebagian risalah dan gagal membina umat.

Khomainiy – semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadanya - berkata :
وواضح أنَّ النبي لو كان بلغ بأمر الإمامة طبقاً لما أمر به الله، وبذل المساعي في هذه المجال، لما نشبت في البلدان الإسلامية كل هذه الإختلافات....
“Dan telah jelas bahwasannya Nabi jika ia menyampaikan perkara imaamah sebagaimana yang Allah perintahkan (padanya) dan mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya perselisihan yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan berkobar…..” [Kasyful-Asraar, hal. 155].
لقد جاء الأنبياء جميعاً من أجل إرساء قواعد العدالة في العالم؛ لكنَّهم لم ينجحوا حتَّى النبي محمد خاتم الأنبياء، الذي جاء لإصلاح البشرية وتنفيذ العدالة وتربية البشر، لم ينجح في ذلك....
“Sungguh semua Nabi telah datang untuk menancapkan keadilan di dunia, akan tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan termasuk Nabi Muhammad, penutup para Nabi, dimana beliau datang untuk memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusa – tidak berhasil dalam hal itu….” [Nahju Khomainiy, hal 46].

Dan silahkan lihat celaan al-Khumaini kepada Nabi di (http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/02/hinaan-al-khomainiy-terhadap-rasulullah.html)



KEENAM : Orang Syi’ah mengkafirkan Ahlus-Sunnah.

Jika mereka mengkafirkan para sahabat radliyallaahu ‘anhum, maka jangan heran jika mereka juga mengkafirkan orang-orang yang berkesesuaian pemahaman dengan para sahabat radliyallaahu ‘anhum, yaitu Ahlus-Sunnah. Berikut perkataan para ulama Syi’ah dalam hal ini :

Al-Mufiid berkata :
اتّفقت الإماميّة على أنّ من أنكر إمامة أحد من الأئمّة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فرض الطّاعة فهو كافر ضالّ مُستحقّ للخلود في النّار
“Madzhab Imaamiyyah telah bersepakat bahwasannya siapa saja yang mengingkari imaamah salah seorang di antara para imam, dan mengingkari apa yang telah Allah ta’ala wajibkan padanya tentang kewajiban taat, maka ia kafir lagi sesat berhak atas kekekalan di neraka” [Awaailul-Maqaalaat, hal 44 – sumber : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/avael-maqalat/a01.htm].

Orang yang mengingkari keimamahan versi mereka tentu saja adalah Ahlus-Sunnah.

Yuusuf Al-Bahraaniy berkata :

إن إطلاق المسلم على الناصب وأنه لا يجوز أخذ ماله من حيث الإسلام خلاف ما عليه الطائفة المحقة سلفا وخلفا من الحكم بكفر الناصب ونجاسته وجواز أخذ ماله بل قتله

“Sesungguhnya pemutlakan muslim terhadap Naashib (baca : Ahlus-Sunnah) bahwasannya tidak diperbolehkan mengambil hartanya dengan sebab Islam (telah melarangnya), maka itu telah menyelisihi apa yang dipahami oleh kelompok yang benar (baca : Syi’ah Raafidlah) baik dulu maupun sekarang (salaf dan khalaf) tentang hukum kafirnya Naashib, kenajisannya, dan diperbolehkannya mengambil hartanya, bahkan membunuhnya” [Al-Hadaaiqun-Naadlirah, 12/323-324 – sumber : shjaffar.jeeran.com].

Berikut rekaman suara Yasiir Habiib yang mengkafirkan Ahlus-Sunnah yang ia sebut sebagai Nawaashib atau golongan ‘awwaam (silahkan disimak di http://www.youtube.com/watch?v=oYaAhcIE62Y&feature=player_embedded)

Sebagai penguat ternyata syi'ah mengkafirkan seluruh yang mendahulukan Abu Bakar dan Umar atas Ali bin Abi Tholib, silakan baca/lihat (http://www.youtube.com/watch?v=6mFTDp7-PDg&feature=player_embedded) :



KETUJUH : Shalat Syi’ah sangat berbeda dengan shalat Ahlus-Sunnah.

Langsung saja para pembaca buka halaman (http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/08/fiqh-syiah-5-kaifiyyah-shalat.html).

Adzannya pun lain, karena selain syahadatain, mereka menambahkan syahadat ketiga, silahkan baca di (http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/syahadat-ketiga-salah-satu-produk.html), dan dengarkan adzan mereka di (http://www.youtube.com/watch?v=gP2lEd7V9SI&feature=player_embedded



Masih banyak sebenarnya kesesatan Syi’ah selain di atas.

MUI telah menetapkan kriteria sesat tidaknya satu kelompok atau pemahaman sebagai berikut :

http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/fatwaMUI1.jpg
http://www.firanda.com/images/stories/pict-article/fatwaMUI2.jpg


Perkataan ulama Ahlus-Sunnah, bagaimana pandangan mereka tentang kelompok Syi’ah Raafidlah.

1.     ‘Alqamah bin Qais An-Nakha’iy rahimahullah (kibaarut-taabi’iin, w. 62 H).

عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ: " لَقَدْ غَلَتْ هَذِهِ الشِّيعَةُ فِي عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا غَلَتِ النَّصَارَى فِي عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ "

Dari ‘Alqamah, ia berkata : “Sungguh Syi’ah ini telah berlebih-lebihan terhadap ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu sebagaimana berlebih-lebihannya Nashara terhadap ‘Iisaa bin Maryam” [Diriwayatkan ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam As-Sunnah no. 1115 dan Al-Harbiy dalam Ghariibul-Hadiits 2/581; shahih].

2.     Az-Zuhriy rahimahullah.

مَا رَأَيْتُ قَوْمًا أَشْبَهَ بِالنَّصَارَى مِنَ السَّبَائِيَّةِ "، قَالَ أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ: هُمُ الرَّافِضَةُ

“Aku tidak pernah melihat satu kaum yang lebih menyerupai Nashara daripada kelompok Sabaa’iyyah”. Ahmad bin Yuunus berkata : “Mereka itu adalah Raafidlah” [Diriwayatkan oleh Al-Aajurriy dalam Asy-Syaari’ah, 3/567 no. 2083; shahih].

3.    Imam Maalik bin Anas rahimahullah. Abu Bakar Al-Marwadzi berkata

سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ: عَنْ مَنْ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعَائِشَةَ؟ قَالَ: مَا أُرَآهُ عَلَى الإِسْلامِ، قَالَ: وَسَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: قَالَ مَالِكٌ: الَّذِي يَشْتِمُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ لَهُ سَهْمٌ، أَوْ قَالَ: نَصِيبٌ فِي الإِسْلامِ

Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah tentang orang yang mencaci-maki Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aaisyah ?. Maka ia menjawab : “Aku tidak berpendapat ia di atas agama Islam”. Al-Marwadziy berkata : Dan aku juga mendengar Abu ‘Abdillah berkata : Telah berkata Maalik (bin Anas) : “Orang yang mencaci-maki para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka ia tidak mempunyai bagian (dalam Islam)” – atau ia berkata : “bagian dalam Islam” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 783; shahih sampai Ahmad bin Hanbal].

4.   Imam  Asy-Syaafi’iy rahimahullah. Harmalah bin Yahya berkata :

سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ، يَقُولُ: لَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ الأَهْوَاءِ، أَشْهَدُ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ

Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : “Aku tidak pernah melihat seorang pun dari pengikut hawa nafsu yang aku saksikan kedustaannya daripada Raafidlah” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam Aadaabusy-Syaafi’iy, hal. 144; hasan]

عن البويطي يقول: سألت الشافعي: أصلي خلف الرافضي ؟ قال: لا تصل خلف الرافضي، ولا القدري، ولا المرجئ....

Dari Al-Buwaithiy ia berkata : “Aku bertanya kepada Asy-Syafi’iy : ‘Apakah aku boleh shalat di belakang seorang Rafidliy ?”. Beliau menjawab : “Janganlah engkau shalat di belakang seorang Raafidliy, Qadariy, dan Murji’” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 10/31].

5.     Ahmad bin Hanbal rahimahullah. ‘Abdul-Malik bin ‘Abdil-Hamiid ia berkata :

سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: " مَنْ شَتَمَ أَخَافُ عَلَيْهِ الْكُفْرَ مِثْلَ الرَّوَافِضِ، ثُمَّ قَالَ: مَنْ شَتَمَ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا نَأْمَنُ أَنْ يَكُونَ قَدْ مَرَقَ عَنِ الدِّينِ "

Aku mendengar Abu ‘Abdillah berkata : “Barangsiapa yang mencaci-maki, aku khawatir ia akan tertimpa kekafiran seperti Raafidlah”. Kemudian ia melanjutkan : “Barangsiapa yang mencaci-maki para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kami tidak percaya ia aman dari bahaya kemurtadan” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 784; shahih].

Yusuf bin Muusa berkata

أَنَّ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ سُئِلَ، وَأَخْبَرَنِي عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ، قَالَ: " سَأَلْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ، عَنْ جَارٍ لَنَا رَافِضِيٍّ يُسَلِّمُ عَلَيَّ، أَرُدُّ عَلَيْهِ؟ قَالَ: لا "

Bahwasanya Abu ‘Abdillah pernah ditanya. Dan telah mengkhabarkan kepadaku ‘Aliy bin ‘Abdish-Shamad, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang tetanggaku Raafidliy yang mengucapkan salam kepadaku, apakah perlu aku jawab ?”. Ia menjawab : “Tidak” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 787; hasan].

6.   Al-Bukhaariy rahimahullah berkata :

مَا أُبَالِي صَلَّيْتُ خَلْفَ الْجَهْمِيِّ، وَالرَّافِضِيِّ أَمْ صَلَّيْتُ خَلْفَ الْيَهُودِ، وَالنَّصَارَى، وَلا يُسَلَّمُ عَلَيْهِمْ، وَلا يُعَادُونَ، وَلا يُنَاكَحُونَ، وَلا يَشْهَدُونَ، وَلا تُؤْكَلُ ذَبَائِحُهُمْ

“Sama saja bagiku shalat di belakang Jahmiy dan Raafidliy, atau aku shalat di belakang Yahudi dan Nashrani. Jangan memberikan salam kepada mereka, jangan dijenguk (apabila mereka sakit), jangan dinikahi, jangan disaksikan (jenazah mereka), dan jangan dimakan sembelihan mereka” [Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, 1/39-40].

7.   Al-Qaadliy ‘Iyaadl rahimahullahu berkata :

وَكَذَلِك نقطع بتكفير غلاة الرافضة فِي قولهم إنّ الْأَئِمَّة أفضل مِن الْأَنْبِيَاء

“Dan begitu pula kami memastikan kafirnya ghullat (ekstrim) Raafidlah tentang perkataan mereka bahwasannya para imam lebih utama dari para Nabi” [Asy-Syifaa bi-Ahwaalil-Mushthafaa, 2/174].

8.   Ibnu Hazm Al-Andaaluusiy rahimahullah berkata :

وأما قولهم ( يعني النصارى ) في دعوى الروافض تبديل القرآن فإن الروافض ليسوا من المسلمين ، إنما هي فرقة حدث أولها بعد موت رسول الله صلى الله عليه وسلم بخمس وعشرين سنة .. وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر

“Adapun perkataan mereka (yaitu Nasharaa) atas klaim Raafidlah tentang perubahan Al-Qur’an (maka ini tidak teranggap), karena Raafidlah bukan termasuk kaum muslimin. Ia hanyalah kelompok yang muncul pertama kali 25 tahun setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.... Raafidlah adalah kelompok berjalan mengikuti jalan orang Yahudi dan Nashara dalam dusta dan kekufuran” [Al-Fishal fil-Milal wan-Nihal, 2/213].

9.     Dan lain-lain.

Syi’ah Raafidlah sering menggunakan dalih mencintai Ahlul-Bait untuk menutupi hakekat busuk ‘aqidah mereka, dan untuk menipu umat. Kecintaan mereka itu palsu. Kecintaan yang tidak diridlai oleh Ahlul-Bait sendiri. Ahlul-Bait berlepas diri dari mereka, dan mereka pun berlepas diri dari Ahlul-Bait.

عَنْ عَلِيَّ بْنَ حُسَيْنٍ، وَكَانَ أَفْضَلَ هَاشِمِيٍّ أَدْرَكْتُهُ، يَقُولُ: " يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَحِبُّونَا حُبَّ الإِسْلامِ، فَمَا بَرِحَ بِنَا حُبُّكُمْ حَتَّى صَارَ عَلَيْنَا عَارًا "

Dari ‘Aliy bin Al-Husain – dan ia adalah seutama-utama keturunan Bani Haasyim yang aku (perawi) temui – berkata : “Wahai sekalian manusia, cintailah kami dengan kecintaan Islam. Kecintaan kalian kepada kami senantiasa ada hingga kemudian malah menjadi aib bagi kami” [Ath-Thabaqaat, 5/110; shahih].

عَنْ فُضَيْل بْنُ مَرْزُوقٍ، قَالَ: سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ بْنَ الْحَسَنِ بْنِ الْحَسَنِ، أَخَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَسَنِ يَقُولُ: " قَدْ وَاللَّهِ مَرَقَتْ عَلَيْنَا الرَّافِضَةُ كَمَا مَرَقَتِ الْحَرُورِيَّةُ عَلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ "

Dari Fudlail bin Marzuuq, ia berkata : Aku mendengar Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Hasan, saudara ‘Abdullah bin Al-Hasan, berkata : “Sungguh, demi Allah, Raafidlah telah keluar (ketaatan) terhadap kami (Ahlul-Bait) sebagaimana Al-Haruuriyyah telah keluar (ketaatan) terhadap ‘Aliy bin Abi Thaalib” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 36; hasan].

Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Hasan adalah anggota Ahlul-Bait dari jalur Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu. Ibnu Hibbaan berkata : “Ia termasuk di antara pemimpin penduduk Madiinah, dan Ahlul-Bait yang mulia/agung” [Masyaahir ‘Ulamaa Al-Amshaar, hal. 155 no. 995].

Ya, kecintaan Syi’ah terhadap Ahlul-Bait telah menjadi ‘aib bagi kemuliaan Ahlul-Bait. Mereka telah melakukan banyak kedustaan atas nama Ahlul-Bait untuk merusak ‘aqidah Islam dari dalam.

Wallaahul-musta’aan.
Bersambung
DARI: FIRANDA.COM




Tidak ada komentar:

Posting Komentar